IPOL.ID – Tidur ternyata membuat fungsi otak kita tetap baik. Pasalnya kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk bisa merusak otak. Hal ini terungkap dari sebuah penelitian kecil di University Hospital of Zurich, Swiss dan American Chemical Society’s Journal of Proteome Research.
Menurut para peneliti anak-anak yang sangat kekurangan tidur, atau memiliki kualitas tidur yang buruk, terdeteksi mengalami kerusakan otak secara keseluruhan, tak hanya bagian otak yang bertanggung jawab untuk daya ingat mereka.
Dalam penelitian itu, setelah durasi tidur anak-anak tersebut berkurang hingga setengahnya dari yang seharusnya mereka butuhkan sesuai usia mereka, terlihat kerusakan yang signifikan pada bagian belakang otak, yang berhubungan dengan gerakan yang direncanakan, penalaran ruang, dan fokus atau perhatian.
Padahal, yang selama ini diketahui, kekurangan tidur berefek buruk bagi bagian depan otak. Meski begitu, baik anak-anak maupun orang dewasa sama-sama membutuhkan satu periode tidur lelap untuk dapat pulih setelah bergadang.
Sedangkan American Chemical Society’s Journal of Proteome Research mencatat kurang tidur dapat mengurangi tingkat protein pelindung otak, yang menyebabkan kematian saraf.
Studi yang melibatkan tikus sebagai subjek uji ini mengevaluasi seberapa baik tikus menavigasi labirin sederhana dan belajar mengenali objek baru setelah kurang tidur selama dua hari.
Peneliti kemudian mengekstraksi protein dalam hippocampus-bagian otak yang terlibat dalam pembelajaran dan memori pada tikus.
“Kami kemudian mengidentifikasi protein yang kelimpahannya berubah. Lalu untuk mempersempit kemungkinan, kami melihat data yang menghubungkan protein-protein ini dengan kinerja tikus saat melalui labirin setelah kurang tidur,” ungkap peneliti.
Para ahli menjelaskan bahwa kurang tidur menyebabkan berbagai efek pada fungsi otak, misalnya menurunkan konsentrasi. Konsolidasi memori terjadi saat tidur, sehingga penyimpanan dan pengambilan memori terpengaruh.
“Kurang tidur juga dapat menyebabkan gangguan dalam pengambilan keputusan dan kurangnya kontrol emosi. Kecelakaan juga dapat terjadi karena gangguan penilaian saat mengemudi,” jelas Dr Shobha N, konsultan ahli saraf di Rumah Sakit Manipal India.
Menurut Dr Shobha, kondisi neurologis yang sudah ada sebelumnya seperti migrain dan epilepsi dapat memburuk. Bahkan, kurang tidur dalam jangka panjang juga dapat menimbulkan konsekuensi fisik.
“Orang tersebut akan rentan terhadap penyakit radang neurologis dan sistemik yang kronis. Hal ini dapat menyebabkan penyakit kronis lainnya seperti hipertensi, diabetes melitus, dan dislipidemia,” tuturnya.
“Pola tidur yang berubah dapat menyebabkan kecanduan dan penyalahgunaan zat. Semua ini dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit jantung dan stroke,” terang Shobha.
Para ahli saraf telah mengamati bahwa selama tidur nyenyak, otak melakukan fungsi-fungsi penting seperti membersihkan produk limbah dan protein berbahaya yang terakumulasi sepanjang hari. Tanpa tidur yang cukup, proses pembersihan ini akan terganggu.
“Kurang tidur dapat menyebabkan penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan penyakit Parkinson. Singkatnya, kurang tidur dapat berdampak pada plastisitas neuron dan membuka jalan menuju berbagai penyakit neurologis dan sistemik,” tukas Shobha. (tim)