IPOL.ID – Demonstrasi akbar solidaritas Palestina di Monumen Nasional, Jakarta, Minggu (5/11) pagi, ikut membawa pesan perlawanan ekonomi pada Israel.
Selain melawan Israel, juga terselip pesan meninggalkan produk-produk perusahaan multinasional yang dianggap berkontribusi dalam pengepungan dan bombardir serangan udara yang menewaskan lebih dari 9.000 orang warga di Jalur Gaza dalam 30 hari terakhir.
Hal tersebut terlihat dari sejumlah pamflet bertuliskan ‘Boikot Israel’ yang dibawa massa demonstran dalam aksi solidaritas yang ikut dihadiri sejumlah tokoh nasional dan menteri kabinet.
Dari kerumunan massa yang menyemut hingga ke luar area Monas, terlihat pula sejumlah demonstran yang membawa aneka spanduk dan pamflet yang memuat ajakan boikot secara spesifik atas produk McDonald, Coca-cola, Nestle dan Danone Aqua.
Kelima brand tersebut, semuanya terafiliasi pada perusahaan multinasional di Amerika dan Eropa, diduga mendukung kebijakan Israel atas Palestina.
McDonalds, misalnya, diketahui mendukung pasukan Israel dengan memberikan makanan dan minuman gratis bahkan saat bombardir atas wilayah Gaza berlangsung.
Nestle, perusahaan makanan terbesar dunia dengan 2.000 brand global, diketahui memiliki unit bisnis di Israel, Osem, yang memproduksi aneka produk pangan.
Seperti di Israel, unit operasi Nestle di Indonesia memproduksi produk pangan dan minuman air kemasan.
Coca-Cola sendiri kabarnya memiliki pabrik yang berlokasi di kawasan permukiman ilegal Atarot, yang merupakan bagian dari tanah warga Palestina yang diambilpaksa.
Sementara itu, Danone, induk raksasa air kemasan Aqua yang berbasis di Paris, Prancis diketahui belum lama ini telah mengivestasikan sedikitnya USD3,5 juta ke sebuah perusahaan startup Israel.
“Perusahaan susu raksasa asal Prancis, Danone, memimpin investasi sebesar USD3,5 juta ke Wilk. Investasi strategis ini melibatkan kemitraan potensial dalam pengembangan produk pengembangan komponen susu ibu (untuk susu formula dengan teknologi sel); investor lain termasuk Steakholder Foods dan Coca-Cola Israel,” tulis jurnalis Sharon Wroble di laman Times of Israel (4/4).
“Investasi ini bukan hal yang luar biasa, tapi nama (Danone) itu yang paling menarik. Jadi investasi untuk perusahaan food-tech Wilk ini bisa disebut sebagai terobosan bisnis,” tulis harian Jerusalem Post (22/5), tentang makna penting kehadiran nama besar Danone di Israel.
Gerakan boikot terhadap Israel yang telah menggilinding di level global, utamanya Eropa dan Amerika, bertujuan memaksa negara-negara dan perusahaan-perusahaan swasta di dunia untuk mengakhiri partisipasi mereka dalam kejahatan Israel, baik langsung maupun tidak langsung.
Pertimbangan utamanya antara lain bahwa perekonomian Israel sangat bergantung pada perdagangan dan investasi internasional, sehingga sangat rentan terhadap boikot internasional, baik di bidang ekonomi, budaya, dan sosial.
Metode Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) pernah berhasil memaksa rezim kulit putih di Afrika Selatan untuk mengakhiri sistem apartheid di negeri itu.
Karena itu, gerakan boikot atas semua produk Israel dan produk pro-Israel diyakini bisa berhasil. Syaratnya, sepanjang tepat sasaran dan dilakukan secara masif oleh warga dunia, termasuk Indonesia. (ahmad)