IPOL.ID – Sejumlah organisasi massa (Ormas) Islam bakal menggelar long march di depan Kedutaan Besar (Dubes) Amerika hingga Bundaran HI, Jakarta. Menjelang bulan suci Ramadan, long march dilakukan sebagai aksi untuk membela Palestina atas kekejaman Israel.
Ketua Umum (Ketum) Majelis Ormas Islam (MOI), Kiai Haji Nazar Haris menyampaikan, aksi long march bela Palestina sedianya bakal dilakukan sekaligus launching Gerakan Indonesia 9 for 1 pada tanggal 9 Maret 2024 di depan Dubes Amerika sampai Bundaran HI.
Pimpinan Majelis Ormas Islam (MOI) bersama 13 ormas Islam lainnya akan hadir di depan Kedubes Amerika untuk melakukan orasi serta melakukan penggalangan dana.
“Long march dimulai jam 05.30 WIB dengan menghadirkan 99 tokoh umat Islam bersama 1 juta massa di Kedubes Amerika hingga Bundaran HI,” kata Nazar dalam konfrensi pers aksi bela Palestina bertajuk ‘Harus Ada Ramadan di Gaza, Jangan Biarkan Gaza Berpuasa Tanpa Berbuka’ di Jakarta Timur, Jumat (9/3).
Menurutnya, sekitar dua juta manusia di Gaza, Palestina terancam kelaparan. Terlebih menjelang bulan suci Ramadan dan seharusnya ini menjadi perhatian dunia.
“Menjelang Ramadan, rakyat Gaza bakal menjalankan misi keagamaan untuk berpuasa. Jangan sampai masyarakat Gaza bisa berpuasa tapi tidak bisa berbuka,” tuturnya.
Terkait hal itu, Indonesia salah satu negara muslim terbesar di dunia mendukung saudara muslim di Gaza. Di Gaza, lanjutnya, ada 300 ribu keluarga tengah menderita.
Karenanya besok, MOI bersama sejumlah ormas Islam lainnya akan melaunching sebuah Gerakan Indonesia 9 for 1 Gaza bersama komite, ormas Islam, di antaranya Alaksa, KBBM, Adara dan beberapa ormas Islam lainnya.
Gerakan Indonesia 9 for 1 Gaza, sembilan keluarga muslim di Indonesia akan menanggung, mensuport dan memperhatikan 1 keluarga di Gaza.
“Saling bahu membahu untuk menolong hajat hidup satu keluarga di Gaza. Agar mereka dapat hidup layak”.
Dari data yang dihimpun, untuk memenuhi Gerakan Indonesia 9 for 1 Gaza dibutuhkan 2,7 juta keluarga dari 75 juta keluarga di Indonesia untuk menanggung, mensuport keluarga-keluarga yang membutuhkan bantuan di Gaza.
“Ini menjadi hubungan keluarga antar negara. Aksi ini adalah sebuah keprihatinan Warga Negara Indonesia kepada Palestina, dan aksi akan dilakukan sebagai suport untuk Palestina,” terang Nazar.
Lebih lanjut, dikatakannya, nanti teknisnya diatur oleh 27 lembaga charity yang akan mensuport dengan data-data keluarga-keluarga di Gaza yang perlu dibantu.
“Nanti jika memungkinkan dilink dengan 9 keluarga di Indonesia untuk menanggung kehidupan 1 keluarga di Gaza,” tukasnya.
“Soal nanti berapa daya tampungnya, daya serap melihat berjalan waktu, pasti berkembang,” tambahnya.
Nah, lembaga charity yang ada di Gaza akan menghubungkan 1 keluarga di Gaza menjadi 1 unit, dengan rincian biaya hidup 1 keluarga di Gaza sekitar 150 Dollar per bulan atau setara 2,5 juta rupiah.
“Secara teknis kita akan sampaikan, setelah melaunching besok saat long march. Kehidupan di Gaza sangat murah dan sederhana, sehingga optimis 9 keluarga di Indonesia dapat membantu 1 keluarga di Gaza”.
Gerakan Indonesia 9 for 1 Gaza, diungkapnya, idenya berangkat dari, hubungan government to government sudah ada lembaga yang melakukannya. Bisnis to bisnis mungkin juga ada, misalkan produk Indonesia diberikan untuk rakyat Palestina, begitu sebaliknya.
Tapi yang perlu dilakukan MOI adalah bagaimana mensuport warga Palestina yang menderita di tengah himpitan blokade Israel begitu kuat. Masyarakat Palestina rentan, bantuan diberikan tak sampai. Karena banyak aturan dan tekanan yang dilakukan Israel.
Bahkan bantuan diberikan bukan cuma ormas MOI, lembaga maupun pemerintah sudah melakukannya. Tapi permasalahannya sejumlah bantuan itu tak bisa masuk dan hanya sampai di perbatasan.
“Dari lembaga saja sudah ada 1.000 kontainer yang menunggu di perbatasan karena tak bisa masuk. Karena itu kita langsung berhubungan dari keluarga ke keluarga,” ujarnya.
Menurutnya, kalau pola hubungan kerjasama antar pemerintah ada pembatasannya. Namun hubungan keluarga bisa langsung dan berbeda. Nah, nantinya soal teknis lembaga charity punya cara.
“Tapi tak lewat pemerintah, langsung ke keluarga”.
Hubungan keluarga itu bukan sebatas bantuan saja, misalnya sekali waktu keluarga Palestina punya anak gadis yang cocok dinikahkan sama pemuda Indonesia.
“Dinikahkan saja jika ada kesepahaman, artinya ada hubungan antar keluarga,” katanya.
Nazar mengucapkan terima kasihnya pada sikap pemerintah sudah bertindak tegas, Menteri Luar Negeri RI l, Retno sudah sangat tegas membela rakyat Palestina. Pemerintah sudah berada pada posisi jalur yang benar. Untuk itu, perlu disuport lebih kuat lagi.
Supaya apa yang diharapkan pemerintah dengan adanya kestabilan di kawasan Timur Tengah dengan menstabilkan bangsa Palestina bisa tercapai.
“Kami juga sampaikan terimakasih pada Kedutaan Mesir, Emirat Arab, Saudi Arabia yang selama ini turut membantu. Namun dominasi Israel terlalu kuat bahkan resolusi PBB saja sudah beberapa kali diveto Amerika,” tandasnya.
“Makanya kami aksi di depan Kedubes Amerika, tetap mendorong pada dunia untuk membantu Palestina walaupun menghadapi veto Amerika,” tegasnya.
Sementara, Kh Khairan Arif, salah satu pimpinan MOI, dari Ormas Ikatan DAI Indonesia menambahkan, aksi kekejaman Israel terhadap Palestina sudah melanggar norma-norma. Oleh karena itu, umat Islam harus melakukan sesuatu, sesama Islam membantu saudara yang didzalimi oleh Israel.
Jangan dibiarkan kedzaliman ini terlalu lama, jangan sampai menjadi sejarah di kenang berikutnya. Lebih sadis dari pembantaian Mongol.
“Disaksikan miliaran umat Islam dunia, pembantaian dengan genosida, ada anak-anak di Palestina. Sebagai umat bersudara, empati harus diberikan, kesedihan mereka kesedihan kita,” tutup Arif. (Joesvicar Iqbal/msb)