Oleh: Moh. Zahirul Alim,
Pemerhati sosial politik dan pendidikan
IPOL.ID – Dalam mitologi Yunani Kuno, ada satu kisah menarik tentang taktik kuda Troya yang pernah dipraktikkan kubu Yunani dalam memenangkan pertempuran sengit melawan kubu Troya. Kubu Yunani memilih membuat kuda kayu raksasa dan menempatkannya di luar tembok Kota Troya. Setelah kuda raksasa berhasil dibuat, kubu Yunani menempatkan pasukan terpilih berada di dalam kuda dan memerintahkan mayoritas pasukan lain untuk pergi meninggalkan Troya.
Mereka hanya menyisakan satu orang biasa bersama kuda kayu tersebut. Alhasil, siasat ini berhasil memancing kubu Troya untuk mendekati kuda kayu buatan Yunani, mereka mengira kubu Yunani sudah bubar karena para pasukannya tidak tampak lagi. Para pasukan Troya lalu membawa masuk kuda buatan Yunani tersebut ke dalam Kota Troya.
Ketika sudah berada dalam area Kota Kroya, para pasukan terpilih yang ada di dalam kuda kemudian bereaksi. Persis saat penghuni dan pasukan Kota Troya terlelap, pasukan Yunani membuka gerbang Kota Troya agar para pasukan Yunani yang sebelumnya sengaja disuruh pergi untuk bersembunyi bisa memasuki Kota Troya. Mereka lalu menyerang dan memusnahkan kota tersebut.
Siasat pasukan Yunani dalam Perang Troya yang kemudian dikenal dengan taktik Kruda Troya ini sepertinya mirip dengan pertempuran Pilpres 2024. Salah satu kontestan Pilpres 2024, sebut saja Prabowo Subianto tampaknya terinspirasi dari Perang Troya.
Dalam upaya memenangkan Pilpres 2024, ia menggunakan taktik ini yang diawali dengan kesediaan Prabowo diajak Jokowi masuk ke kabinet pemerintahannya. Setelah Prabowo berhasil masuk ke dalam benteng kekuasaan Jokowi yang di dalamnya ada PDI-P partai penguasa pemenang pemilu yang mengusung Jokowi karena Jokowi adalah kadernya, giliran Prabowo yang menggiring mantan rival berat (Jokowi) yang mengalahkannnya dua kali dalam pertempuran Pilpres 2024 dan Pilpres 2019 masuk ke dalam kubu Prabowo.
Setidaknya hal ini berhasil, Jokowi melalui anak kandungnya, Gibran kini resmi menjadi cawapres pendamping Prabowo. Aksi Prabowo ini, tak pelak membuat repot benteng pertahanan lawan Prabowo. PDI-P yang telah mengusung kader internalnya Ganjar Pranowo-Mahfud MD kini harus berbagi suara dengan Gibran yang sebelumnya merupakan kader PDI-P, namun, kini sudah berseberangan dan akan saling berlomba dalam misi pertempuran elektoral. Jokowi yang juga kader PDI-P pun kini terlihat menjaga jarak dengan PDI-P karena sudah pasti ia mendukung anak kandungnya.
Benteng pertahanan politik PDI-P kini dalam keadaan yang kurang ideal dengan adanya manuver Gibran dan Jokowi yang ternyata mereka lebih nyaman berpihak pada Prabowo daripada setia dengan garis instruksi partai yang mantap mengusung Ganjar-Mahfud. Dalam menghadapi kontestasi Pilpres 2024, PDI-P bisa diibaratkan seperti terbang dengan satu sayap karena Jokowi yang merupakan tokoh penting PDI-P, pendongkrak suara PDI-P dalam dua pemilu (2014, 2019) kini sudah berada di luar garis komando PDI-P. Jokowi dalam Pilpres 2024 berada di barisan koalisi pendukung Prabowo-Gibran.
Lebih lanjut, selain berhasil menggiring Jokowi masuk ke dalam kubu pendukungnya, taktik Kuda Troya ala Prabowo ini setidaknya ampuh menaikkan elektabilitas Prabowo yang berdasarkan hasil survei politik belakangan menunjukkan bahwa Prabowo mengungguli dua rival barunya (Anies dan Ganjar) di Pilpres 2024.
Menurut temuan beberapa lembaga survei, Prabowo diprediksi unggul signifikan atas Anies dan Ganjar, tinggal pembuktian dan verifikasinya saja dengan hasil konkret saat hari pencoblosan. Bagaimanapun, basis dukungan Jokowi yang sebelumnya merupakan lawan politik Prabowo meski tidak 100 persen beralih kepada Prabowo sudah pasti ia kantongi dan tentu hal tersebut akan berdampak besar terhadap raihan suara elektoral Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Setidaknya berdasarkan survei Poltracking yang dirilis pada 10 November 2023, ada 27,2 persen pemilih Jokowi di Pilpres 2019 yang akan memilih Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Selain itu, suara PDI-P di basis pemilih terbesarnya yang berada di Jawa Tengah kemungkinan besar juga bisa Prabowo rebut sehingga dapat menutupi kelemahan electoral Prabowo di wilayah tersebut. Dan puncaknya, pada 14 Februari 2024 publik akan melihat apakah taktik ini ampuh serta efektif memenangkan Prabowo? Sangat menarik, mari kita tunggu hasil akhirnya. (tim)