IPOL.ID – Seorang kakek warga Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur menjadi korban penipuan bermodus hipnotis. Tak ayal, korban kakek mengalami kerugian mencapai sekitar Rp69 juta.
Informasi yang dihimpun, korban Slamet, 69, merupakan pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) menjadi korban komplotan pelaku hipnotis empat orang pria bermodus memberi sumbangan untuk duafa.
Anak korban, Dwi, 42, mengatakan, awal kejadian ayahnya yang baru pulang dari Puskesmas hendak membeli obat pada apotek di Jalan Raya Ciracas, Jumat (24/11).
“Kejadiannya sekitar jam 08.00 WIB. Pas bapak jalan kaki mau sampai apotek ada laki-laki dengan logat Brunei atau Singapura menepuk badan bapak saya,” ujar Dwi pada awak media di Ciracas, Selasa (5/12).
Saat itu, laki-laki yang secara fisik dan logat bicara merupakan Warga Negara Asing (WNA) menyatakan baru saja ditipu seorang perempuan dan hendak menuju Masjid Kubah Emas, Depok, Jawa Barat.
Menggunakan bahasa Indonesia yang masih kental dengan logat asing tersebut, pelaku menyatakan memiliki uang dolar dalam jumlah banyak dan hendak disumbangkan.
Saat percakapan pelaku WNA dengan Slamet, tiba-tiba datang seorang pria lain mengenakan topi atribut agama yang tak lain bagian dari komplotan penipu yang berpura-pura menolong.
Disusul dua pria lain menaiki mobil pribadi yang mengaku sebagai pegawai bagian penyaluran KUR dari satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di wilayah Kecamatan Ciracas.
“Pas ngobrol datang mobil, berhenti. Menegur pelaku yang pakai topi haji. Akhirnya ditawarkan masuk saja ke mobil. Bapak saya, orang Brunei, dan bapak topi haji masuk ke mobil,” beber Dwi.
Dwi menjelaskan, di dalam mobil pelaku mengenakan atribut agama mengaku memiliki uang sebanyak Rp40 juta dan bersedia ditukar dengan uang dolar milik pelaku WNA.
Sedangkan pelaku yang mengaku sebagai pegawai bank BUMN berpura-pura mengecek keaslian uang dari pelaku WNA menggunakan alat perbankan sehingga transaksi tampak asli.
“Dicek pakai alat, katanya dolar asli nih. Setelah proses itu bapak saya ditanya (sama pelaku WNA) ada uang enggak di rumah. Kata bapak saya ada, cash Rp20 juta di rumah,” katanya.
Layaknya orang sudah terhipnotis, Slamet tanpa curiga juga menjawab saat ditanya apakah dia memiliki uang di tabungan yang dapat ditukar dengan dolar milik pelaku WNA.
Mendengar jawaban Slamet, keempat pelaku lalu mengantar korban pulang ke rumah di kawasan Kelurahan Kelapa Dua Wetan untuk mengambil uang tunai dan buku tabungan.
Setelah mendapat uang Rp20 juta dan buku tabungan korban, para pelaku mengajak Slamet untuk pergi ke satu bank BUMN di wilayah Kecamatan Ciracas untuk melakukan penarikan uang.
“Tapi di situ (bank cabang di Ciracas) hanya bisa ambil Rp10 juta. Akhirnya enggak jadi (penarikan uang). Terus diarahkan pelaku ke bank (BUMN) cabang di kawasan Cibubur,” tukas Dwi.
Di bank tersebut, Slamet melakukan penarikan uang sebanyak Rp20 juta didampingi pelaku yang mengaku sebagai pegawai bank BUMN dan pelaku mengenakan atribut agama.
Setelah melakukan penarikan uang, para pelaku kembali mengajak korban ke cabang bank BUMN di wilayah Kecamatan Cimanggis, Kota Depok untuk menguras sisa Rp29 juta di tabungan Slamet.
“Di situ manager operasional bank sudah curiga. Manager bank tanya, bapak sudah lansia mengambil uang sebanyak ini buat apa. Tapi dijawab sama pelaku mengaku pegawai bank,” sambung Dwi.
Dwi menambahkan, pelaku mengaku pegawai bank BUMN yang mendampingi korban melakukan penarikan uang menyebut bahwa uang Rp29 juta untuk keperluan biaya pengobatan di rumah sakit.
Tak ayal Slamet yang sudah berada di bawah pengaruh hipnotis komplotan pelaku hanya diam, sehingga pegawai bank tetap melayani penarikan uang dari rekening korban.
“Setelah terambil Rp20 juta cash di rumah, Rp49 juta uang simpanan diserahkan. Sama pelaku Brunei ditukarlah uang sama 15 lembar dolar dalam amplop yang katanya isi Rp150 juta,” jelas Dwi.
Dwi mengatakan, saat menyerahkan amplop pelaku WNA meminta ayah tidak langsung membukanya sebelum para pelaku pergi, hal itu dituruti Slamet yang sudah terhipnotis.
Korban baru sadar kembali beberapa saat setelah diturunkan pelaku pada satu cabang bank di wilayah Cimanggis, Depok untuk menukarkan uang dolar dalam amplop.
“Kata petugas bank enggak bisa menukar dolar. Pas dibilang amplopnya coba dibuka ternyata isi uang mainan empat lembar, uang potongan 10 lembar. Di situ bapak saya mau pingsan,” ungkap dia.
Atas kejadian dialami ayahnya, Dwi sudah melaporkan kasus ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Metro Jakarta Timur pada 25 November 2023 dengan harapan pelaku tertangkap.
Menurutnya, jajaran Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur yang menangani kasus sudah mengamankan CCTV pada kantor cabang bank BUMN tempat Slamet melakukan penarikan uang.
“Laporan saya diterima dengan Pasal 378 KUHP (tentang penipuan). Habis laporan tim Jatanras datang ke rumah. Mudah-mudahan pelaku cepat tertangkap, takut ada lansia jadi korban lain,” harap Dwi. (Joesvicar Iqbal)
Dihipnotis Komplotan WNA, Uang Kakek Pensiunan PNS Rp69 Juta Raib di Jakarta Timur
