Oleh: Assoc. Prof. Suparto,
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang
IPOl.ID – Media sosial telah menjadi platform utama bagi masyarakat untuk mengakses dan menyebarkan informasi, termasuk informasi politik. Penggunaan media sosial untuk kampanye politik telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di Indonesia.
Pada Pilpres 2024, muncul kekhawatiran akan polarisasi politik dan peredaran informasi palsu. Kadang bisa membuat kita tersenyum karena paradoks dan hoaks-nya. Di detik lain, juga memaksa kita merenung dampak serius dari “dinding virtual” yang muncul akibat fenomena homophily, filter bubble, dan echo chambers.
Ketiga konsep ini berhubungan erat dalam konteks media sosial dan dinamika informasi online, tetapi mereka memiliki fokus yang berbeda. Homophily (Kemiripan) adalah kecenderungan orang untuk bergaul dengan orang-orang yang memiliki kesamaan, baik dalam hal nilai, keyakinan, latar belakang sosial, atau politik apalagi dalam konteks Pilpres.
Fenomena ini bisa menciptakan lingkungan dengan paparan pandangan “satu warna” saja termasuk dalam menggali data dan informasi. Contoh, sebagai pendukung Calan A, seseorang akan cenderung menggali dan menambang informasi yang berkaitan dengan Calon A dengan menyingkirkan informasi calon lainnya.