Sebelum terlibat kasus Ridwan menafkahi keluarga sebagai sopir Metromini, tapi beberapa waktu terakhir dia bekerja sebagai juru parkir di Jalan Raya Bekasi, Kelurahan Rawa Terate.
“Anak saya ada tiga. Pertama kelas 1 SD, paling kecil umur 2,3 tahun. Dia baru kali ini ikut gini (bajing loncat), diajak temannya. Dan dia baru kenal sama teman-temannya, kenal di jalan,” ujarnya.
Sepengetahuan DI, Muhammad Ridwan nekat menjadi bajing loncat karena iming-iming bisa mendapatkan uang dalam dalam waktu cepat untuk melunasi tunggakan kontrakan.
DI menduga suaminya gelap mata menjadi bajing loncat karena bila tidak segera membayar uang sewa kontrakan di wilayah Kecamatan Cakung yang dihuni maka mereka akan diusir.
“Ini saja bingung mau pulang ke mana, mau pulang enggak boleh karena belum bayar kontrakan satu bulan. Teman-temannya bilang ikut saja (mencuri) buat bayar kontrakan,” ungkapnya.
DI menambahkan, hanya bisa pasrah atas proses hukum yang dijalani, pikirannya berkecamuk memikirkan nasib tiga anak-anaknya yang harus dihidupi, sementara suami dibui.