IPOL.ID – Dalam kasus pembunuhan Rahmat Zulkarnain (51), driver taksi online di Jalan Mayjen Sutoyo, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, masih diingat hingga membekas dibenak HB (29).
Sebab, dia merupakan pemilik tambal ban di sekitar lokasi saat korban Rahmat dibacok oleh dua pria tidak dikenal pada Senin (15/1) sekitar pukul 05.30 WIB. HB melihat kejadian keji yang dilakukan dua pria misterius itu.
Dia merupakan saksi kunci dalam pembunuhan Rahmat karena melihat langsung kejadian saat dua pelaku datang ke kios tambal ban miliknya lalu membacok korban.
“Saya lagi duduk istirahat sama korban, abang saya lagi tidur di dalam (kios tambal ban). Tiba-tiba datang dua orang boncengan naik motor,” ujarnya, Selasa (17/1).
Kedua pelaku yang diperkirakan berusia sekitar 30 tahun itu menaiki sepeda motor jenis matik dari arah Cililitan ke Kebon Pala, atau berkendara melawan arah di Jalan Mayjen Sutoyo.
Setelah menepikan kendaraan di depan kios tambal ban, pelaku yang dibonceng turun dari kendaraan dengan menenteng sebilah celurit berwarna biru bergagang kayu.
“Dia (pelaku) turun bawa celurit, dikepit begitu celuritnya jalan ke arah korban. Karena saya enggak kenal dan melihat dia bawa celurit saya langsung kabur masuk ke kamar mandi,” ungkapnya.
Namun dia tidak melihat langsung saat pelaku membacok Rahmat karena sedang bersembunyi di kamar mandi, namun dia memastikan tidak terjadi cekcok antara pelaku dengan korban.
Lalu luas kios tambal ban yang hanya sekitar 2×3 meter, sehingga bila terjadi cekcok antara korban dengan pelaku sebelum kejadian dipastikan dia mendengar suara gaduh.
“Kejadiannya itu cepat. Enggak sampai hitungan menit, hanya beberapa detik saja. Setelah membacok itu pelaku langsung kabur. Tapi saya enggak tahu mereka kabur ke arah mana,” bebernya.
Ia menambahkan, baru keluar dari dalam kamar mandi kios tambal ban saat Rahmat meminta tolong kepada kakaknya agar dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis.
Kala itu kondisi Rahmat sudah lemah karena mengalami pendarahan berat akibat luka bacok celurit pada bagian dada sebelah kiri, bahkan untuk berdiri saja sudah sulit.
“Korban minta tolong ke abang saya, dia masih jalan. Katanya ‘kak, kak anterin ke rumah sakit. Kunci mobilnya itu di meja’. Langsung sama abang saya diantar ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati,” tuturnya.
Saat Rahmat dibawa ke RS Polri Kramat Jati itu, HB bergegas mendatangi rumah korban yang berjarak sekitar 40 meter dari lokasi untuk menyampaikan kabar ke pihak keluarga.
Sayangnya selang beberapa menit saat menjalani perawatan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Polri Kramat Jati Rahmat meninggal dunia karena buruknya pendarahan.
“Waktu sampai RS Polri awalnya korban masih sadar. Sempat ditanya sama abang saya di mana KTP dan BPJS untuk proses administrasi RS, masih bisa dijawab sama korban,” ucap dia.
Jenazah Rahmat kini sudah dimakamkan pihak keluarga di Taman Pemakaman Umum (TPU) di wilayah Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Selasa (16/1).
Sementara itu, kasus pembunuhan Rahmat hingga kini dalam penyelidikan tim gabungan dari Unit Reskrim Polsek Kramat Jati dan Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Metro Jakarta Timur. (Joesvicar Iqbal)