“Suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia yang relatif hangat mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah, termasuk Jawa Barat dan sekitarnya,” paparnya.
Kelembapan udara yang tinggi, antara 45-95 persen, turut berkontribusi pada kondisi ini.
Adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatera menciptakan kondisi yang memicu terbentuknya area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Jawa Barat.
Akibat dari fenomena ini, tercatat kerusakan pada sejumlah atap rumah di Kecamatan Jatinangor dan pagar PT Kahatex. BMKG Bandung telah mencatat empat kali kejadian cuaca ekstrem di wilayah terdampak hingga pukul 16.40 WIB.
Teguh Rahayu mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologis akibat cuaca ekstrem, seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang. (Vinolla)