“Dukungan dari ulama garis keras, berfungsi sebagai pengingat bagi komunitas non-Muslim di Indonesia dan Muslim moderat mengenai apa yang dilakukan Anies terhadap Ahok pada tahun 2017, dan akan menghalangi (mereka) untuk memilih dia,” kata Alexander Arifianto, peneliti senior di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) yang berbasis di Singapura di artikel itu.
“Anies juga menghadiri aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Gerakan 212, yang diambil dari tanggal 2 Desember 2016 ketika kelompok Islam pertama kali berdemonstrasi melawan Ahok. Dia (Ahok) kemudian dipenjara atas tuduhan penistaan agama terkait dengan komentar yang dia buat saat kampanye,” jelas Alexander.
Anies juga kata Alexander sempat menuai kritik ketika pada tahun 2017 dalam pidato pelantikannya sebagai Gubernur Jakarta memicu ketegangan etnis dan agama. Saat itu dia mengatakan bahwa “pribumi” (pribumi atau penduduk asli Indonesia) harus mengambil kembali kendali negara dari pengaruh “kolonial”.
Kata “pribumi” dianggap tidak mencakup kelompok etnis seperti orang Indonesia Tionghoa atau orang Indonesia India yang telah tinggal di negara ini. Penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa sebagian besar beragama Islam, namun terdapat banyak kelompok minoritas Kristen, Hindu dan Budha serta ratusan kelompok etnis. (bam)