Mereka selalu mencari celah sekecil apapun untuk menuruti kebiasan buruk dengan cara mengambil ruang sempit, kecil untuk berusaha menyalip, mendahului tanpa memperhitungkan risiko (kecelakaan) mungkin akan terjadi.
“Mereka sebenarnya sadar
bukan karena terburu-buru dikejar waktu dan sebagainya tapi karena ketidak mampuan memanage kebiasaan buruk yang melekat pada diri masing-masing dengan tanpa memperhitungkan risiko akan terjadi, seperti kecelakaan lalu lintas,” tuturnya.
Dari data kecelakaan yang didapat bahwa 63% lebih jumlah kecelakaan melibatkan pengendara sepeda motor, baik itu sebagai korban maupun pelaku.
“Situasi ini seharusnya menjadi keprihatinan kita semua untuk direnungkan dan dicarikan jalan keluar terbaik. Jangan permasalahan ini kemudian dibebankan kepada pemangku kepentingan yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas semata,” imbuhnya.
Namun, sambungnya, bagaimana masing-masing individu mampu mengedukasi dirinya masing-masing sehingga menjadi insan disiplin saat berlalu lintas. Hal ini dapat dibarengi secara paralel terhadap program-program yang simultan dari para pemangku kepentingan bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.