IPOL.ID – Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia (Baznas RI) dalam waktu dekat bakal menyerahkan bantuan kemanusiaan sebesar Rp2 miliar kepada rakyat Sudan. Hal tersebut dilakukan untuk mempererat hubungan dua negara.
Ketua Baznas RI, Noor Achmad menyampaikan, kali ini Baznas akan memberikan bantuan ke Sudan yang saat ini sedang menghadapi konflik internal, seperti diketahui Sudan merupakan teman terdekat Indonesia, umat Islam Indonesia. Sejurus hubungan diplomatik antara kedua pemerintahan dan rakyat tetap terjalin.
“Bantuan kemanusiaan yang diberikan Baznas RI ke Sudan sebesar Rp2 miliar,” kata Noor saat Konfrensi Pers Bantuan Kemanusiaan untuk Sudan di Kantor Baznas RI di Jakarta Timur, Selasa (26/3).
Dikatakannya, insyaAllah Indonesia akan segera menyerahkannya untuk membantu Sudan. Informasi yang diterima, sekitar 25 juta warga Sudan terdampak atas konflik internal tersebut.
Dana yang terkumpul ini adalah dana solidaritas Dunia Islam. Dedikasi para pembayar infaq dan shadaqah untuk Palestina juga. Tak menutup kemungkinan akan dibuka lagi dana solidaritas Dunia Islam ini.
“Kami tegaskan bantuan kita untuk kemanusian. Nanti di tempat yang lain di Timur Tengah lainnya juga dibantu, tak hanya Palestina saja,” ujar Noor.
Nantinya, lanjut dia, akan diputuskan apakah bantuan itu diberikan dalam bentuk kesehatan atau bahan makanan pokok.
“Kalau problem seperti disampaikan Dubes RI untuk Sudan, Pak Sunarko lebih pada peralatan kesehatan dan atau medis, karena banyak rumah sakit di Sudan yang rusak. Terhitung satu minggu ini bantuan Baznas akan disalurkan ke Sudan,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Sudan, Sunarko melaporkan (Via daring) dari Sudan bahwa hubungan dua negara, Indonesia-Sudan memiliki hubungan historis, mitra penting di Afrika Utara dan juga Timur Tengah, memiliki hubungan kerjasama antar lembaga, people to people, dan ada ribuan alumni (Indonesia) di Sudan di bidang pendidikan tinggi.
Kondisi terkini Sudan, tidak beroperasinya sejumlah rumah sakit dan obat-obatan yang tidak mendukung. Sejumlah negara juga mengirimkan bantuan obat-obatan.
Sebagaimana diketahui bentuk darurat di Sudan adanya wabah, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan kolera menyerang anak-anak usia sekolah. Hingga membutuhkan bantuan demi kelanjutan sekolah, perbaikan gizi dan masyarakat lainnya.
“KBRI terus mendukung bantuan kepada pihak berwenang melalui jalur Kementerian Kesehatan setempat, khususnya obat-obatan dan medical suply akan situasi tanggap darurat di Sudan. Distribusi ke negara bagian, dilakukan melalui jalur darat Mesir dan jalur udara Port Sudan,” terang Sunarko.
Termonitor situasi dan kondisi terkini, menjalankan misi bilateral Indonesia-Sudan, mendorong peningkatan hubungan kedua negara. Bantuan sebagai ungkapan simpati terhadap mitra negara Indonesia.
Sejak konflik Sudan pada 15 April 2023, sambungnya, seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) telah dipulangkan dan tidak ada lagi mahasiswa Indonesia disana.
“Saat ini hanya 44 WNI bertugas pada misi perdamaian PBB dan tenaga profesional di perusahaan yang dibutuhkan disana. Pemulangan WNI dari titik konflik di Sudan pun masih dilakukan,” ujarnya.
Sementara, Duta Besar Sudan untuk Indonesia, Dr. Yassir Mohamed Ali, melalui Kyai Ahmad Sudrajat menyampaikan salam hormat dan ungkapan terima kasih kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. Tugas yang dimulai dengan keberkahan.
Satu hal substansi soal zakat yaitu meningkatkan hubungan kuat antara yang kaya dan miskin. Di Sudan sejauh ini negara yang satu-satunya melakukan penguatan zakat, demikian juga bank dan Islamiyah-nya.
“Meski kondisi ekonomi kami saat ini lemah, namun Sudan memiliki Institute Zakat. Beberapa waktu lalu kerjasama dengan Sudan dilakukan, kami pun hadir di Baznas. Kami sangat menghargai aktivitas bantuan Baznas ke Palestina, dan Gaza. Menggambarkan kecintaan muslim di masa akan datang”.
“Menegaskan pentingnya implementasi terhadap hadits, sesama muslimin saling menguatkan. Satu sisi ada kesedihan mendalam ada gerakan internasional yang ingin merusak Sudan. Menginginkan kekayaan alam Sudan,” tambahnya.
Dalam sejarah kenegaraan (Sudan) adanya kudeta militer beberapa waktu lalu. Merupakan hal yang aneh, belum pernah terjadi perempuan, pasar dan masjid dirusak oleh kelompok yang ingin memecah belah Sudan.
“Kondisi politik merusak negara kami, Sudan,” kata Yasir.
Sehingga pada hari ini masyarakat Sudan membutuhkan bantuan seperti obat-obatan, medis, maupun alat kesehatan.
Pihaknya melihat ada inisiatif cepat dari Pemerintah Indonesia, rasa kecintaan rakyat Indonesia dengan Sudan itu lebih penting dari pada bantuan itu sendiri.
“Berharap di masa datang (kerja sama) ini menguatkan pentingnya zakat di masa depan. Menjadi penting literasi, pengembangan zakat sebagai bahan kajian,” tukasnya.
Sementara itu, Direktorat Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI, Fungsional Diplomat Madya, M. Sahrul Murajjab juga turut memberikan tanggapan atas upaya kemanusiaan ini.
“Kita sangat gembira dan mengapresiasi atas inisiatif dari BAZNAS untuk melaunching bantuan ke Sudan. Hal ini menunjukkan BAZNAS sebagaimana kita tahu ikut berperan aktif dalam memberikan bantuan ke sejumlah negara khususnya di negara-negara di wilayah Timur Tengah,” ujar Sahrul.
Pihaknya juga mengapresiasi apa yang dilakukan BAZNAS ini. “Dan masyarakat indonesia diharapkan bisa lebih mengerti apa yang teradi dengan saudara-saudara kita di sana, dan bisa memberikan kontribusi terbaiknya untuk ikut serta memberikan bantuan dan meringankan beban warga Sudan,” tutup dia. (Joesvicar Iqbal/msb)