IPOL.ID – Perdana Menteri China Li Qiang saat berpidato di Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia 2024 di Shanghai pada Kamis (4/7/24), memperingatkan bahwa tidak ada negara yang bebas risiko dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI) meski itu merupakan “kekayaan bersama umat manusia”.
Li mengatakan: “Resiko yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan adalah tantangan kita bersama. Tidak ada negara yang bisa menghindari hal ini.”
Li menyerukan kerja sama yang lebih mendalam dalam tata kelola AI dan pembentukan “mekanisme internasional dengan partisipasi universal.”
Ia menekankan teknologi baru yang “aman, andal, dan terkendali”, namun menyesalkan bahwa banyak negara berkembang masih tertinggal.
“Kesenjangan kecerdasan ini” perlu dijembatani, kata dia, dan mengusulkan kerja sama antar negara untuk menumbuhkan lingkungan yang “adil dan terbuka” dalam pengembangan AI.
Menurut Li, sebanyak 2,5 miliar manusia di dunia masih berada di luar jaringan, dan banyak negara berkembang “belum mendapatkan manfaat nyata dari pengembangan kecerdasan buatan.”