Oleh: Moh. Zahirul Alim, pemerhati sosial politik pendidikan.
IPOL.ID – Tewasnya pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyah di Teheran, Iran pada Rabu, 31 Juli 2024─beberapa saat setelah menghadiri pelantikan presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada 30 Juli 2024─berdampak serius terhadap konstelasi politik kawasan Timur Tengah. Iran, negara yang sudah lama bersitegang dengan Israel secara lantang merespon kematian Haniyah dengan sebuah ancaman bahwa negeri Persia tersebut akan membalas Israel.
Sikap keras Iran ini dapat dipahami sebagai wujud ketegasan Iran yang merasa dihancurkan Israel di mana akibat terbunuhnya Ismail Haniyah di bumi Iran, negeri ini kemudian berada dalam sorotan. Iran dianggap gagal memberikan rasa aman─pertahanan dan keamanan mereka dinilai rapuh. Dampaknya, Iran harus membayar mahal atas insiden tewasnya Ismail Haniyah yang kemudian membuat Iran harus mengambil langkah keras terukur untuk menghukum Israel.
Pernyataan-pernyataan bernada ancaman terlontar dari pemimpin Iran bahwa mereka akan membalas Israel yang dinilai telah kelewatan dan melampaui batas. Beberapa proksi pro Palestina seperti Hizbollah, di Lebanon, Houthi di Yaman, dan Hamas juga murka atas terbunuhnya Ismail Haniyah. Mereka kompak akan mengobarkan api perlawanan terhadap Israel, negeri penjajah yang telah membunuh 39.699 warga Palestina semenjak pecahnya serangan Hamas ke Israel 7 Oktober 2023 lalu (Reuters, 8 Agustus 2024).