IPOL.ID – Jakarta Mooncake Festival kembali digelar pada September kali ini. Acara yang diinisiasi oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pecinan Glodok tersebut berlangsung selama dua hari sejak Sabtu (15/9) hingga Minggu (16/9) lalu.
Mengusung tema “Purnama di Molenvliet,” kegiatan berjalan sukses di Atrium Gajah Mada Plaza.
Perayaan tradisi yang rutin dilaksanakan setiap pertengahan musim gugur itu dikemas menarik dengan berbagai penampilan budaya.
Selain atraksi Liong dan Barongsai, rangkaian acara juga diisi dengan penampilan seni lain seperti lagu Mandarin, atraksi Kungfu dan silat serta Wayang Potehi.
Jakarta Mooncake Festival 2024 juga menjadi ajang kolaborasi budaya dengan persembahan lagu yang dimainkan oleh grup angklung Anvaya, penampilan musik Melayu, serta pagelaran busana kebaya.
Ketua Pokdarwis Pecinan Glodok Ng Andre Hutama mengatakan, tema “Purnama di Molenvliet” dipilih untuk mengenang jasa seorang kapitan TIonghoa bernama Phoa Beng Gan.
Menurut Andre yang juga menjadi ketua panitia festival, saat Jakarta masih bernama Batavia, Phoa Beng Gan merupakan seorang kontraktor pengairan yang membangun Kali Molenvliet yang membelah jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk.
Disebutnya, kali tersebut dibangun untuk mengurangi dampak banjir di Batavia pada masa tersebut.
“Selain mengenang jasa Phoa Beng Gan, kita juga ingin mendorong festival ini mejadi kegiatan yang semakin inklusif,” jelasnya.
Ia menyebut, meski diinisiasi oleh komunitas Tionghoa, perayaan tersebut tidak ingin dibuat ekslusif. “Karena kita tahu bahwa budaya khususnya di Jakarta sudah berakulturasi,” paparnya.
Melalui kegiatan budaya ini, lanjut Andre, kami mendorong supaya perayaan ini menjadi sebuah pesta rakyat, di mana warga Jakarta bisa merayakan Festival Kue Bulan.
Andre yang juga menjabat sebagai pengurus Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) DK Jakarta juga mengatakan bahwa Bidang Kebudayaan Perhimpunan INTI berkomitmen dalam pelestarian budaya Tionghoa di Jakarta dan melalui INTI PC Jakarta Pusat mendukung kegiatan Jakarta Mooncake Festival melalui kontribusi dan keterlibatan para pengurusnya dalam kepanitiaan bersama ini.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Vinsensius Jemadu, yang hadir memberikan sambutan menyampaikan bahwa peryaan tradisional Tiongoha ini merupakan simbol keharmonisan, simbol dari rasa menghargai, rasa ucapan syukur di kalangan masyarakat komunitas Tionghoa.
“Ini momen penting bagi kita untuk merayakan kebersamaan, keharmonisan, bahkan saling silaturahim sesama komunitas,” ujarnya.
Vinsensius juga mengatakan bahwa festival kue bulan ini juga memeberikan kontribusi kepada kekayaan budaya, kekayaan ekonomi kreatif Indonesia.
Menurutnya, melalui festival seperti ini, bukan hanya keharmonisan dan tali silaturahim sesama komunitas bisa ditingkatkan, tapi juga memberikan kontribusi untuk geliat ekonomi UMK, khususnya yang menjual atau menjajakan kue bulan, sehingga ekonomi dari UMK ini bisa berkembang lebih baik lagi.
“Kemenparekraf menyampaikan selamat kepada Pokdarwis kepada kampung tematik Pecinan, dan kami berharap acara ini dapat berjalan lancar dan sukses dari awal, pertengahan, hingga akhir nanti,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Lemhanas Daerah Khusus Jakarta Sylviana Murni yang juga hadir menyebut Festival Kue Bulan ini menunjukkan bahwa Jakarta selalu hidup dengan segala kegaitannya.
“Dan pembauran itu menjadi hal yang utama karena setelah Jakarta tidak lagi menjadi ibu kota, kita menjadi kota global yang menumbuhkembangkan hidupnya budaya di seluruh Indonesia, bahkan kita akan kembangkan sampai ke luar negeri,” ucap perempuan yang juga menjabat sebagai anggota DPD RI ini.
Menurutnya, perayaan ini bukan hanya sesaat. “Insya Allah akan menjadi annual event, tiap tahun dengan berbagai kegiatan, di mana keluarga besar dari masyarakat Tionghoa ini juga menjadi pionir yang pertama untuk mengadakan kegaitan-kegiatan seperti ini,” tandas Sylviana.
Menutup rangkaian festival, para tamu undangan dan pengisi acara berparade ke luar ruangan sambil membawa lampion untuk menikmati indahnya langit malam yang diterangi rembulan.
Andre berharap, kegiatan yang sudah dirintis hingga terlaksana untuk kedua kalinya ini, terus bergulir ke depannya dengan dukungan stakeholder-stakeholder, dan sponsor-sponsor baru, sehingga festival ini menjadi festival yang berkelanjutan. (Rian)