“Banyak aplikasi. Di mana kepala sekolah dan guru harus mempelajari terus menerus. Adanya program guru penggerak, kapala sekolah penggerak, itu tahapan yang sangat membuat kita kerepotan secara umum. Apalagi bagi guru-guru yang setengah tua, umur 50 tahun ke atas itu sudah enggak bisa mengikuti lagi dengan program Pak Nadiem,” beber Fitri.
Adaptasi Kebijakan
Sektor pendidikan memiliki kompleksitas masalah yang berbeda dengan sektor lain. Fitri menilai, perpindahan kebijakan dari era Muhadjir Effendy ke Nadiem Makarim berjalan tidak cukup mulus. Penerapan kebijakan baru tidak memperhatikan kesiapan guru dan kepala sekolah di lapangan.
“Jadi, belum disiapkan sama sekali untuk ke arah kurikulum yang disebut Kurikulum Merdeka. Itu malah membingungkan bagi yang di lapangan. Ini di Jogja saja masih banyak yang kebingungan, apalagi yang di daerah-daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T),” tambah Fitri.
Dia menduga, Nadiem cenderung lebih memperhatikan kawasan lebih maju, dan kurang mempertimbangkan kawasan pinggiran, apalagi daerah seperti Papua.