“Tahun 2017, seizin atasan, saya mengubah motor dinas saya menjadi motor pustaka keliling,” lanjutnya.
Selain berkeliling menggunakan motor, Bripka Mudiyanto juga memiliki Taman Bacaan di rumahnya yang didirikan berbarengan dengan motor pustaka. Taman bacaan itu menyimpan koleksi ratusan buku yang bisa diakses oleh anak-anak Natuna. Dengan kehadiran pustaka di rumahnya tersebut, ia berharap masyarakat tidak hanya menjadi gemar membaca, tapi juga membuat anak-anak dekat dengan Polisi.
“Biasanya anak-anak suka ditakut-takuti dengan adanya polisi. Tapi dengan buku dan pustaka di rumah polisi akan membuat mereka merasa dekat,” ujar Bripka Mudiyanto.
Selain Bripka Mudiyanto, ada juga sosok orang tua yang tak kalah gigih menanamkan budaya literasi pada anak-anaknya. Dalam gelar wicara dalam kegiatan Gelar Aksi Nyata Pemulihan Pembelajaran, Ario Muhammad membagikan pengalaman dalam mendidik dan membentuk anaknya, sehingga di usia 14 tahun sudah melahirkan belasan karya buku.
“Anak saya membaca lebih dari 300 buku dalam setahun. Saat anak saya berusia 7 hari sudah saya perkenalkan dengan buku, saya membacakannya. Tentunya buku yang direkomendasikan oleh dokter anak karena usia 7 hari anak sudah mengenal warna hitam dan putih serta bentuk ekspresi,” ujar Ario.