Emosi kekecewaan dalam menjalin relasi dengan orang tua, guru, sekolah, pertemanan, lingkungan, berbuah menjadi sikap kurang peduli dan kurang peka yang disalurkan lewat kelompoknya.
Kendati dalam kasus pengeroyokan melibatkan geng terdapat anak-anak yang tidak ikut melakukan kekerasan secara langsung, tapi mereka tetap memilih turut dalami geng tersebut.
“Karena anggapan dengan berada dalam kelompok ada perlindungan dan keamanan yang lebih. Kedua karena emosi mudah menular, sehingga mereka ikut dalam kelompok,” katanya.
Jasra menjelaskan, tindak kekerasan dilakukan anak-anak juga tidak bisa lepas dari pengaruh paparan konten kekerasan yang kini dapat dengan mudah diakses melalui dunia maya.
Paparan konten kekerasan di dunia maya ini mempengaruhi anak-anak dalam menyelesaikan masalah tanpa mengetahui risiko hukum atas tindakan yang sudah mereka lakukan.
“Berbagai peristiwa kekerasan tidak bisa dilepaskan dari tekanan industri internet, menempatkan konten kekerasan sebagai produksi yang paling menguntungkan,” tuturnya.