“Lagu ini mungkin tidak sepopuler Suwe Ora Jamu, Bungong Jeumpa, atau Ayam Den Lapeh, tapi bagi saya dan teman-teman yang pernah tinggal di Pulau Bintan, lagu ini sangat membekas. Dari SD hingga SMP, karena saya tinggal di Tanjungpinang hingga SMP, setiap pelajaran seni budaya kami selalu diminta menghafal dan menyanyikan lagu ini di depan kelas,” kenang Ilalang.
Keinginan Minorways untuk memperkenalkan Pulau Bintan kepada audiens yang lebih luas menjadi dorongan utama mereka untuk menggarap lagu ini dengan serius. Berawal dari tugas kuliah, mereka berharap lagu ini dapat dinikmati oleh banyak orang.
Ilalang juga mengungkapkan bahwa saat ia masih bersekolah, ia tidak pernah diajarkan siapa pencipta lagu ini. “Saya baru tahu bahwa Pulau Bintan diciptakan oleh almarhum Mohd Daud Kadir setelah melakukan riset sendiri saat kami hendak mengaransemen ulang lagu ini,” ujarnya.
Proses perizinan untuk mengaransemen ulang Pulau Bintan memakan waktu sekitar enam bulan. Minorways harus melalui beberapa tahapan, mulai dari berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kepulauan Riau hingga menghubungi tokoh budaya setempat, seperti Pak Raja Ahmad Helmy. Akhirnya, mereka berhasil menjalin komunikasi dengan Ibu Sitti Budhiany Mulyaty, putri bungsu almarhum Mohd Daud Kadir, yang juga merupakan ahli waris lagu tersebut. Dengan penuh sukacita, Ibu Yayat, sapaan akrabnya, memberikan izin kepada Minorways untuk mengaransemen ulang lagu ini dan berterima kasih atas niat baik band tersebut.