Proyek tebu dan padi di Merauke mencakup sekitar seperlima dari dataran rendah seluas 10 ribu kilometer persegi, dikenal sebagai TransFly, yang membentang dari Indonesia hingga Papua Nugini. Nama TransFly diambil dari Sungai Fly yang berliku namun dalam map tampak sebagai garis di perbatasan kedua negara.
Hamparan luas lahan basah, padang rumput, dan kantong hutan hujan tropis di bagian selatan Pulau Papua itu “secara global luar biasa,” kata Eric Wikramanayake, ahli biologi konservasi, yang menulis tentang signifikansi hal itu dalam sebuah buku mengenai kawasan konservasi di Asia.
Para peneliti mengatakan TransFly adalah rumah bagi setengah dari spesies burung yang ditemukan di Nugini, termasuk sekitar 80 spesies yang tidak ada di tempat lain dan satwa endemik lainnya seperti kura-kura hidung babi dan marsupial karnivora yang mirip kucing.
World Wildlife Fund (WWF) menyebutnya sebagai “harta karun global” dan mengupayakan agar kawasan ini masuk dalam daftar Warisan Dunia, dengan mengatakan tidak ada tempat lain di kawasan itu yang bisa menandinginya, bahkan tidak Taman Nasional Kakadu yang terkenal di Australia itu.