“Kita harus mengantisipasi lebih banyak ketidakpuasan, bahkan pertumpahan darah di Merauke dalam lima tahun ke depan,” katanya kepada RFA.
Rencana pembangunan pemerintah untuk wilayah tersebut dan konflik bersenjata di Papua kemungkinan besar menjadi penyebab gagalnya rencana yang dulunya ambisius untuk melindungi lingkungan TransFly.
WWF Indonesia dan Papua Nugini melakukan upaya bersama pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an untuk mengembangkan rencana konservasi dan memperluas kawasan lindung. Dalam beberapa tahun, upaya tersebut gagal.
Ketika itu WWF menyatakan tentang signifikansi lingkungan TransFly, tetapi WWF Indonesia sekarang mengatakan bahwa mereka “mengakui pentingnya Proyek Strategis Nasional, seperti inisiatif Food Estate di Merauke, dalam mengatasi tantangan ketahanan pangan Indonesia.”
Program konservasi itu berakhir pada tahun 2016 karena ketidakamanan di Papua dan kurangnya sumber daya, kata juru bicara WWF Indonesia Diah Sulistiowati kepada RFA.
“Kami memahami bahwa pemerintah memprioritaskan pembangunan (pertanian) ini untuk memenuhi permintaan pangan yang terus meningkat dan untuk mendukung tujuan ketahanan pangan nasional,” katanya.