Sistem informasi ini merupakan kolaborasi PRKG BRIN, Pusat Data dan Informasi BRIN, Pusat Riset Geoinformatika, serta Pusat Riset Sains Data dan Informasi.
Khori mengatakan TRIGRSMap mempunyai dua tools, penggunaannya bisa homogen dan heterogen. Homogen berarti satu daerah mempunyai kondisi geologi yang sama.
Sebaliknya, heterogen berarti dalam satu lereng berbeda kondisi geologinya. Untuk pengambilan sampelnya sendiri harus berdasarkan geologinya dan dapat digunakan berbagai kondisi di lapangan.
Menurutnya, terdapat tiga parameter untuk data yang diperlukan TRIGRSMap, yakni data topografi, keteknikan tanah, dan curah hujan atau hidrologi suatu daerah yang akan dipetakan kelongsorannya.
Data topografi diperoleh dari DEMNAS atau USGS yang menghasilkan kemiringan lereng dan arah alirannya. Sementara, untuk keteknikan tanah harus ke lapangan dalam mengambil sampel, kemudian diuji di laboratorium untuk mengetahui kuat gesernya.
Sementara, untuk hidrologi di lapangan dilakukan uji infiltrasi, pengukuran permukaan air tanah di sekitar lereng. “Selama di lapangan, dilakukan juga pengumpulan data curah hujan untuk pengolahan data curah hujan yang nantinya dilakukan di laboratorium,” ujar Khori.