IPOL.ID – Dalam Hari Disabilitas Internasional diperingati setiap 3 Desember, Sutradara Wisnu Surya Pratama meluncurkan serial dokumenter (docuseries) bertajuk ‘Sosok Baik Indonesia’ yang mengangkat tiga kisah inspiratif.
Dalam catatan Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 menunjukkan bahwa terdapat 28 juta penyandang disabilitas di Indonesia atau setara 10,38 persen populasi nasional, namun akses mereka terhadap pekerjaan formal masih sangat minim.
Nah melalui dokumenter itu, penonton diajak menyelami perjalanan hidup para tokoh utama, mengenal sosok-sosok penting di sekitar mereka.
Merasakan berbagai emosi yang mewarnai perjuangan mereka. Episode pertama dari docuseries ini menyoroti perjalanan hidup Nia Kania Afriani, seorang teman tuli yang berhasil meraih medali emas di cabang olahraga lempar lembing pada usia 46 tahun.
“Karya baru saya ini mengangkat kisah luar biasa dari orang biasa. Sosok Ibu Kania benar-benar membuka mata saya bahwa keterbatasan tidak menjadi hambatan bagi mereka yang memiliki tekad dan semangat kuat untuk terus melangkah,” tutur Wisnu Surya Pratama selaku Sutradara Docuseries di Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Dikatakan oleh Wisnu bahwa cerita inspiratif tentang Ibu Kania sudah sering dia dengar, akhirnya dia memutuskan untuk bertemu langsung dan menggali kisahnya lebih dalam. Seorang teman tuli mampu bekerja di sektor formal, menjadi atlet profesional, dan berdaya secara ekonomi untuk keluarganya.
“Ini wujud nyata bagaimana sebuah kisah luar biasa bisa mendobrak stigma dan menginspirasi banyak orang,” ujarnya.
Lahir dengan keterbatasan pendengaran, Kania akrab disapa memiliki ruang terbatas untuk bisa berdaya, salah satunya karena tidak banyak lapangan kerja yang ramah terhadap disabilitas tersedia.
“Awalnya setelah lulus sekolah susah dapat kerja, jadi saya coba untuk wirausaha dengan menjual bungkus kertas untuk gorengan dengan cara titip ke teman, atau membantu teman menyulam kancing untuk seragam kantor dengan sistem borongan,” kenang Kania ketika merajut proses perjalanan hidupnya.
Beberapa tahun kemudian, Kania berhasil diterima bekerja di salah satu restoran cepat saji di kawasan Bandung. Mulai dari sana, hidup Kania perlahan berubah.
Mempunyai penghasilan tetap dan lingkungan kerja yang mendukung, Kania mulai berani untuk meraih mimpinya di bidang olahraga sebagaimana cita-citanya sejak kecil.
Berkat dukungan perusahaan tempatnya bekerja, Kania diberikan izin untuk mengikuti berbagai kejuaraan lempar lembing. Tak jarang tekad kuat yang dimilikinya membuahkan hasil manis. Di usianya ke-46 tahun, Kania berhasil meraih medali emas di cabang olahraga lempar lembing pada Pekan Paralimpik Daerah Jawa Barat 2022.
“Saya suka olahraga sejak kecil dan rasanya senang sekaligus bangga ketika saya berhasil menang. Meski usia saya sudah tidak muda lagi, dan sempat sebagian atlet muda meremehkan saya karena sudah tua, menganggap saya tak akan menang dalam lomba, saya tak mau patah semangat. Saya bilang sama diri saya bisa dan mampu. Alhamdulillah, kerja keras saya berhasil,” ungkap Kania tersenyum.
Di tengah keterbatasannya, Kania mampu mendobrak semua rintangan untuk bekerja di sektor formal, meraih prestasi di dunia olahraga. Bahkan bisa hidup mandiri bersama dengan keluarga kecilnya.
Kini Kania tengah membangun rumah impian di atas tanah yang dibelinya dari hasil menabung. Apa yang selama ini dia impikan dapat terwujud. (Joesvicar Iqbal)