Ekonom INDEF, Eisha M. Rachbini, menyoroti pentingnya sektor ekonomi digital sebagai pengungkit baru bagi pertumbuhan ekonomi. “Digitalisasi membuka ruang besar bagi kontribusi terhadap PDB, yang pada 2024 baru mencapai 3,7 persen dan diproyeksikan tumbuh menjadi 7,1 persen pada 2025. Namun, perlambatan transaksi e-commerce menunjukkan adanya tantangan daya beli masyarakat yang menurun,” jelas Eisha.
Namun, ia juga mencatat adanya perlambatan dalam transaksi e-commerce akibat menurunnya daya beli masyarakat. “Digitalisasi sektor keuangan dapat menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi, terutama melalui layanan fintech yang makin diminati oleh UKM dan masyarakat marginal,” ungkap Eisha.
“Aktivitas ekonomi berbasis teknologi finansial harus didukung dengan kebijakan yang menciptakan akses modal dan mendorong pertumbuhan sektor riil,” tambahnya.
Sementara itu, Yose Rizal Damuri dari CSIS melihat 100 hari pertama pemerintahan Prabowo masih minim kebijakan konkret dan cenderung diwarnai retorika. “Selain retorika yang masif, belum ada RPJMN yang dipublikasikan secara resmi sebagai panduan kebijakan. Hal ini berbeda dengan pemerintahan sebelumnya di mana RPJMN sudah diumumkan di awal masa jabatan. Kejelasan arah kebijakan ekonomi sangat dinantikan oleh pelaku usaha dan akademisi,” ungkap Yose.