“Ini tiga hari sudah jadi karena musim dingin. Kalau cuaca lebih hangat, tempe jadi lebih cepat, tapi kalau sedang dingin, butuh waktu lebih lama,” kata Anita.
Di dapur ini juga, tampak adik Anita, Lolita Sumarauw sibuk menyiapkan berbagai makanan. Adonan puding sedang disiapkan, dan tahu isi tertata rapi di meja tengah dapur, siap untuk digoreng.
Lolita adalah chef yang sudah lama berkecimpung di dunia kuliner. Sebelumnya, dia membuka Warung Bakudapa Paula di Gambir, Jakarta. Warung dengan menu khas Minahasa itu cukup punya nama bagi penggemar masakan Manado dan sekitarnya.
Begitu Anita membuka rumah makan di Metuchen, Loly memutuskan untuk menyusul dan ikut mengelola dapur di Dita’s Market. Dan seperti juga Anita, dia setuju soal lidah sebagian besar pelanggan yang tidak akrab dengan pedasnya cabai.
“Soal cabai rawit, kita di sini harus di level bawah. Kalau di sana ciri masakan Manado pasti pedas, semua serba cabai. Tapi di sini kita harus campur bell pepper (paprika-red) supaya balance (seimbang),” kata Loly.