Sejauh ini belum ada permintaan izin pembangunan PLTN di Pulau Kelasa kepada BAPETEN, tambahnya.
Panggung politik
Meski pendukung nuklir menekankan keandalan dan emisi karbon yang rendah, para penkritik mengangkat isu keamanan, pengelolaan limbah, dan biaya.
“Nuklir memang bisa menjadi sebuah opsi, namun membangun pembangkit listrik tenaga nuklir perlu antara tujuh sampai 12 tahun, dan potensi membengkaknya biaya sangat besar,” ujar Putra Adhiguna, pengamat energi dan direktur lembaga kajian Energy Shift Institute, kepada BenarNews.
“Jangan juga dijadikan panggung politik yang membuatnya bisa diburu-buru, karena pembangkit listrik tenaga nuklir liabilitasnya tinggi dan resikonya besar. Dalam hal ini, jangan sampai ambil jalan pintas yang mengkompromasi teknologi dan standar keamanan,” tambahnya.
Leonard Simanjuntak, Kepala Greenpeace Indonesia, menilai bahwa meskipun nuklir tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca saat operasi, proses penambangan, transportasi, dan pengelolaan limbah radioaktif menambah jejak lingkungan.