Kelompok advokasi dan pegiat lingkungan menilai bahwa konsultasi publik dan transparansi akan menjadi kunci keberhasilan proyek ini, karena resistensi lokal tetap menjadi hambatan utama.
“Tekanan publik sering kali menjadi alasan dihentikannya proyek nuklir di masa lalu,” kata Dwi Sawung, juru kampanye infrastruktur di Walhi.
Dwi juga mengungkapkan kekhawatiran kurangnya budaya keselamaran di Indonesia.
“Di Indonesia, masalah disiplin, independensi pengawasan dan hukuman terhadap pelanggaran K3 masih buruk,’’ ujarnya.
Pengkritik lain mengatakan bahwa sumber energi terbarukan yang melimpah di Indonesia tidak dimanfaatkan. Laporan kantor berita Antara pada tahun 2022, menyebutkan Indonesia memiliki lebih dari 3.600 GW potensi energi terbarukan, mengutip pernyataan menteri energi saat itu.
Namun, energi terbarukan hanya menyumbang 14% dari bauran energi nasional tahun lalu, masih jauh dari target sebesar 19,5%, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Hal ini terjadi meskipun banyak ahli menyebutkan bahwa sumber energi terbarukan seperti tenaga air, angin, dan surya termasuk yang termurah untuk diproduksi, berkisar antara 2 sen hingga 8 sen per kilowatt-jam.