Selain itu, Menurut Yamin, beberapa sekolah dan pesantren Muhammadiyah telah menerapkan program makan siang, yang bisa menjadi model dapur berbasis sekolah atau pesantren. “Keunggulan dapur berbasis sekolah atau pesantren adalah efisiensi distribusi, karena tidak memerlukan transportasi tambahan,” jelasnya.
Yamin menambahkan kelebihan model dapur sekolah dan pesantren yaitu tidak memerlukan transportasi untuk distribusi, sehingga lebih efisien. Model ini, bersama dengan konsep dapur umum, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi siswa secara efektif.
Fokus pada Konsolidasi Potensi
Yamin menyatakan bahwa tugas utama Kornas Makan Bergizi Muhammadiyah ini adalah mengoordinasikan dan mengonsolidasikan seluruh potensi Muhammadiyah, baik di tingkat pusat, wilayah, hingga daerah. Potensi ini mencakup sumber daya manusia, kelembagaan, dan jaringan komunitas yang dapat berkontribusi pada keberhasilan program makan bergizi gratis di Indonesia.
Dengan inisiatif ini, Muhammadiyah berharap dapat berperan aktif dalam mendukung program nasional pemenuhan gizi masyarakat dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif. (ahmad)