Negara-negara penghasil emisi utama, termasuk AS, China, dan Uni Eropa, berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta mendukung negara berkembang dalam upaya iklim mereka.
Namun, perintah eksekutif Presiden Donald Trump bulan lalu yang kembali mengarahkan AS untuk keluar dari perjanjian memicu kekhawatiran atas kepastian komitmen tersebut.
Bagi Indonesia, yang merupakan eksportir utama batu bara, taruhannya sangat tinggi. Indonesia sangat bergantung pada batu bara tetapi telah berjanji untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap dan beralih ke energi terbarukan.
Transisi ini memerlukan pendanaan besar, yang sebagian diharapkan berasal dari inisiatif internasional seperti Just Energy Transition Partnership (JETP), program senilai USD20 miliar yang dipimpin oleh AS dan Jepang.
AS memiliki hubungan yang naik-turun dengan Perjanjian Paris. Pada 2017, Trump mengumumkan penarikan AS dengan alasan dampak ekonomi. Presiden Joe Biden kembali bergabung pada 2020, tetapi di baah pemerintahan Trump saat ini, AS sekali lagi menarik diri.