“Banyak omong ternyata. Hibah USD5 miliar dalam USD20 miliar itu ternyata nggak ada,” ujar dia dalam acara ESG Sustainability Forum 2025 di Jakarta, Jumat.
Amerika Serikat, kata dia, tercatat sebagai emiter terbesar dengan 13 ton karbon per kapita per tahun, di atas China yang menghasilkan 7 ton per tahun, sementara Indonesia hanya 3 ton per kapita.
“Amerika ini merupakan pencemar terbesar kedua setelah China. Mereka tidak mau mematuhi perjanjian internasional. Kenapa negara lain termasuk Indonesia harus mematuhinya?” tanya Hashim.
Terlebih, kata dia, negara berkembang diminta mengurangi emisi meskipun emisi mereka jauh lebih kecil daripada negara maju. “Rasa keadilannya di mana. Kita hanya 3 ton sementara mereka 13 ton tapi kita yang menutup pembangkit listrik tenaga uap,” kata dia.
Ia menambahkan bahwa Prabowo tidak berencana untuk menutup semua pembangkit listrik batu bara pada 2040, menyebutnya sebagai “bunuh diri ekonomi.”
Fabby Tumiwa, direktur eksekutif Institute for Essential Services Reform, membantah klaim Hashim bahwa JETP telah gagal.