“Optimalisasi penglihatan dan kualitas hidup menjadi visi besar yang terus kami upayakan sejak berdiri pada 1984. Penglihatan yang terganggu akibat katarak menyebabkan menurunnya produktivitas seseorang dan ketergantungan pada orang lain. Padahal, kebutaan akibat katarak dapat direhabilitasi dengan operasi. Kami ingin memastikan bahwa lebih banyak orang mendapatkan kesempatan untuk melihat kembali dan hidup lebih produktif,” ungkapnya.
Tak hanya berdampak pada kualitas hidup, katarak juga membawa beban ekonomi yang besar. Studi menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran pasien dengan kebutaan pada kedua mata bisa mencapai Rp 170–196 juta, belum termasuk biaya tidak langsung akibat hilangnya produktivitas.
“Sebagai bentuk komitmen, JEC menghadirkan Bakti Katarak untuk membantu mengatasi kondisi ini. Operasi katarak terbukti memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Setiap USD 1 yang diinvestasikan untuk pengobatan katarak mampu menghasilkan pengembalian ekonomi hingga USD 20,5,” tambahnya.
Menurut data WHO pada 2020, lebih dari 100 juta orang di dunia menderita katarak, dengan 17 juta di antaranya mengalami kebutaan permanen. Di Indonesia sendiri, PERDAMI mencatat bahwa 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan, termasuk 1,6 juta kasus kebutaan, dan 81,2% di antaranya disebabkan oleh katarak.