Sejak diadopsi 15 tahun lalu, lanjut Mifta, aksara Hangul dalam bahasa Cia-Cia tetap eksis dan bahkan telah dimasukkan dalam kurikulum sekolah dasar di Kota Baubau. Namun, penelitian menunjukkan bahwa meskipun aksara Hangul secara struktural dan fonetik cocok untuk menuliskan bahasa Cia-Cia, masih terdapat tantangan dalam hal representasi fonologis serta penerimaannya di kalangan masyarakat lokal.
“Penggunaan aksara ini mungkin masih bersifat simbolis dan belum berkembang secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang lebih matang dalam implementasi aksara Hangul untuk bahasa Cia-Cia,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya lokakarya ortografi guna memastikan sistem tulisan yang digunakan benar-benar sesuai dan dapat diterima oleh masyarakat penutur asli. Adopsi aksara Hangul untuk bahasa Cia-Cia memberikan peluang baru dalam pelestarian bahasa daerah, namun juga menghadirkan tantangan yang perlu dievaluasi lebih lanjut.
“Ke depan, kajian lebih mendalam dan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan akan menjadi kunci keberhasilan pelestarian bahasa Cia-Cia melalui sistem tulisan yang tepat,” pungkas Mifta. (ahmad)