Pada Senin dini hari, 21 warga Palestina berhasil lolos dari runtuhnya sebuah bangunan tempat tinggal di kota utara Jabalia, dengan hanya menyisakan waktu 30 menit sebelum bangunan tersebut runtuh. Bangunan tersebut telah mengalami kerusakan berat akibat serangan udara Israel.
Marouf mengatakan bahwa blokade Israel dan pembatasan impor alat berat telah menunda upaya rekonstruksi, sehingga memperparah penderitaan lebih dari 280.000 keluarga pengungsi yang kehilangan tempat tinggal selama perang.
“Warga terpaksa tinggal di gedung-gedung yang berisiko runtuh kapan saja karena kurangnya tempat berlindung alternatif,” ujarnya, seraya menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mencabut blokade, mengizinkan masuknya alat berat, dan mempercepat proyek rekonstruksi untuk mencegah terjadinya bencana kemanusiaan lebih lanjut.
Lebih dari 48.500 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 112.000 lainnya terluka dalam serangan brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023. Serangan tersebut, yang menyebabkan daerah kantong tersebut hancur berantakan, dihentikan sementara di bawah gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang berlaku pada 19 Januari.