Ipol.idIpol.id
Aa
  • Home
  • News
  • Nasional
    • Jabodetabek
    • Jakarta Raya
    • Nusantara
  • Internasional
  • Politik
  • Hukum
  • Kriminal
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Si Ipol
  • Opini
  • More
    • Video
    • Gaya hidup
    • Sosok
    • Tekno/Science
    • Galeri
    • Indeks Berita
Reading: Indonesia Temukan Spesies Katak Jenis Baru Endemik Sulawesi
Share
Ipol.idIpol.id
Aa
Cari berita disini...
  • Home
  • News
  • Nasional
    • Jabodetabek
    • Jakarta Raya
    • Nusantara
  • Internasional
  • Politik
  • Hukum
  • Kriminal
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Si Ipol
  • Opini
  • More
    • Video
    • Gaya hidup
    • Sosok
    • Tekno/Science
    • Galeri
    • Indeks Berita
Follow US
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan IPOL.ID
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Ipol.id > Headline > Indonesia Temukan Spesies Katak Jenis Baru Endemik Sulawesi
HeadlineTekno/Science

Indonesia Temukan Spesies Katak Jenis Baru Endemik Sulawesi

Timur
Timur Published 04 Nov 2023, 23:49
Share
5 Min Read
Katak spesies baru yang ditemukan oleh BRIN.
Katak spesies baru yang ditemukan oleh BRIN.
SHARE

IPOL.ID – Tim Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan katak Oreophryne jenis baru endemik Sulawesi. Katak dengan moncong bulat ini diberi nama Oreophryne riyantoi. Katak berwarna cokelat tersebut ditemukan pada serasah daun hutan pegunungan, di Gunung Mekongga, Sulawesi Tenggara, pada ketinggian 2528 mdpl.

Katak jenis baru, Oreophryne riyantoi, ditemukan setelah dilakukan analisis morfologi dan filogenetik oleh tim herpetologi Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yaitu Auni Ade Putri, Wahyu Trilaksono, Hellen Kurniati, Amir Hamidy, dan tim Institut Pertanian Bogor, University of California, dan Zoological Community of Celebes Sulawesi Tengah.

Auni menjelaskan, asal-usul nama “riyantoi” pada katak jenis baru ini didedikasikan untuk Bapak Awal Riyanto, seorang peneliti senior yang saat ini aktif meneliti di PRBE BRIN. “Apresiasi tersebut diberikan sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dalam bidang taksonomi dan konservasi herpetofauna di Sulawesi,” ungkap Auni.

Dia menambahkan, dasar penemuan Oreophryne riyantoi, didukung dari data morfologi dan analisis filogenetik gen 16S rRNA.  Hasil identifikasi menyebutkan, spesies baru ini didiagnosis memiliki moncong bulat pada tampilan punggung dan lateral, membran timpani tidak jelas, jarak interorbital sempit, tangan kecil, jari tangan dan kaki tidak berselaput, cakram terminal pada jari tangan dan kaki kecil, kakinya yang sangat pendek, serta permukaan punggung kepala, badan, dan anggota badan dengan tuberkel yang tidak teratur.

Baca Juga

Apel Gelar Pasukan Operasi Kepolisian Terpusat “Alpha Bravo Moskona 2025” pada Jumat pagi (18/4/2025),
Revisi Undang-Undang Polri Disoal, Ini Kata ‘Orang Pintar’ di BRIN
BRIN Kaji Dampak Fatwa MUI terhadap Boikot Produk Terafiliasi Israel
SIG dan Pemkab Cilacap Sukses Uji Coba Padi Biosalin 2, Dorong Pertanian Berkelanjutan

“Akhirnya, berdasarkan analisis mendalam dan sejumlah pendekatan identifikasi lainnya, tim sepakat dan meyakini spesimen kali ini tervalidasi sebagai spesies berbeda, serta belum memiliki nama ilmiah,” ucapnya.

Menambahkan keterangan, menurut Wahyu dan Hellen, ada yang menarik dari penemuan katak jenis baru kali ini. Biasanya, genus Oreophryne ditemukan tinggal di daerah terestrial, seperti padang rumput terbuka di dataran tinggi atau padang rumput yang didominasi pakis. Namun uniknya, kali ini tim menemukan Oreophryne riyantoi hidup di hutan pegunungan.

Wahyu menguraikan, dalam proses identifikasi, tim memeriksa morfologi 50 spesimen Oreophryne Sulawesi dan mengenali spesies berbeda yang belum terdeskripsikan. Seluruh spesimen Oreophryne riyantoi dikumpulkan Wahyu pada 20 November 2011, di Gunung Mekongga, Pegunungan Mekongga, Kecamatan Wawo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

“Holotipe tersimpan di Museum Zoologicum Bogororiense (MZB), Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN, dengan paratipe seekor jantan dewasa dan seekor jantan remaja,” terangnya.

Sementara itu, Amir menjelaskan, setelah penemuan ini dipublikasikan pada 12 Oktober 2023 dalam Jurnal Zootaxa Volume 5353 Nomor 5, maka telah terdapat empat spesies endemik Oreophryne di Sulawesi.

Menurutnya, kegiatan penelitian herpetologi, termasuk survei dataran tinggi dan penelitian taksonomi tambahan masih sangat diperlukan untuk mencapai pemahaman komprehensif tentang keanekaragaman Oreophryne dan filogeografinya di Sulawesi.

“Studi taksonomi Oreophryne dan diagnosis spesies baru telah lama terhambat, karena beberapa spesies tidak ditemukan lagi sejak pertama kali dideskripsi, sehingga sebagian besar belum dipelajari,” katanya.

Sebelumnya, diketahui hanya tiga spesies endemik Oreophryne ditemukan di Sulawesi. Diantaranya Oreophryne celebensis di Pegunungan Boelawa dan Lembah Totoiya, Gunung Sudara (dikenal juga sebagai Gunung Dua Saudara) di Sulawesi Utara, Oreophryne variabilis yang dideskripsikan dari Gunung Lompobatang, Sulawesi Selatan dan baru-baru ini juga dilaporkan dari Pegunungan Mekongga, Sulawesi Tenggara, dan yang ketiga adalah Oreophryne zimmeri yang diketahui hanya dari tipe lokalitasnya di Pegunungan Mekongga.

Katak Mini, Oreophryne, mencapai keragamannya di daratan New Guinea dan di pulau-pulau sekitarnya. Genus ini juga meluas ke wilayah Wallacea di Maluku, Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil, Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, dan Flores, bahkan sampai ke kawasan Oriental di Bali, dan Kepulauan Filipina bagian selatan Mindanao dan Biliran.

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, genus ini mungkin telah bermigrasi dari New Guinea ke Asia Selatan.

Secara morfologi dan ekologis, Oreophryne memang beragam, namun pada dasarnya bersifat scansorial dan arboreal. Oleh karena itu, banyak spesies yang dideskripsikan memiliki cakram digital yang membesar dengan kaki belakang yang relatif panjang sebagai adaptasi untuk memanjat.

Sebagai informasi tambahan, amfibi Sulawesi yang menghuni dataran rendah hingga pegunungan saat ini menghadapi ancaman, berupa hilangnya habitat di pulau ini dan perubahan iklim global.

Oleh karena itu, eksplorasi herpetologi (khususnya taksonomi) tetap menjadi prioritas di wilayah yang terkena dampak. Pekerjaan seperti ini juga akan mendukung keanekaragaman hayati dan upaya konservasi para pemangku kepentingan di pulau ini.  (tim)

GN

Follow Akun Google News Ipol.id

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami
TAGGED: brin, Gunung Makongga, katak, kodok, Oreophryne riyantoi, spesies baru katak, Sulawesi
Timur 04 Nov 2023, 23:49
Share this Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp LinkedIn Telegram Copy Link
Previous Article Hutan hujan tropis sebagai salah satu elemen penting penyerapan karbon dunia Pakar UGM Ini Jelaskan Kenapa Kebijakan Bursa Karbon Perlu Dikawal
Next Article Salah satu burung langka Jalak Bali yang diperdagangkan secara ilegal, dan berhasil dilindungi oleh AZA. Kebun Binatang AS Jadi Tempat Perlindungan Hewan Liar Perdagangan Ilegal

TERPOPULER

TERPOPULER
Indonesia vs Bahrain. Foto: Instagram @timnasfutsal
Headline

Hasil Futsal Putri 2025: Indonesia Bungkam Bahrain 5-1

Olahraga
Ukir Sejarah, SSB Batalyon FA K-10 Raih Juara Bergilir Piala Ketum KONI ke-VI 2025
11 May 2025, 14:45
EkonomiHeadline
Menkop Ajak KUD Bersinergi, INKUD Siap Sokong Kopdes Merah Putih
11 May 2025, 18:35
HukumNews
Pemerintah Tindak Lanjut Aduan Warga Terkait Limbah PT RAPP di Riau
11 May 2025, 15:56
HeadlineNews
Kabar Gembira, FIFA Buka Peluang laga Timnas Indonesia vs China Disaksikan Pul Penonton
11 May 2025, 10:37
Ipol.idIpol.id
Follow US

IPOL.ID telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor 1084/DP-Verifikasi/K/IV/2023
https://dewanpers.or.id/data/perusahaanpers

Copyright © IPOL.ID. All Rights Reserved.

  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan IPOL.ID
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Logo Ipol.id Logo Ipol.id
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?