IPOL.ID – Fenomena hujan dengan intensitas tinggi pada awal Juli 2024 disebut Prakiraan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Nanda Alfuadi merupakan anomali.
Karena pada bulan Juli-Agustus 2024 umumnya sudah memasuki puncak kemarau. Namun, hujan deras dengan intensitas tinggi justru terjadi.
“Jakarta masih dikatakan masuk musim kemarau, karena jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) belum mencapai 50 milimeter dan diikuti dua dasarian berikutnya,” ungkap Nanda dihubungi pada Jumat (19/7/2024).
“Dan awal Juli tanggal 1-6/7/2024 lalu sudah memasuki puncaknya, tapi justru hujan dengan intensitas tinggi,” jelasnya.
Anomali tersebut, diungkapkan Nanda, disebabkan sejumlah faktor, di antaranya, hembusan arah angin pada tanggal 6 Juli 2024 dominan dari arah utara menuju wilayah Jabodetabek.
Angin hangat dari arah pesisir kemudian bertemu dengan angin dingin dari arah Bogor, Jawa Barat.
Awan hujan yang terbawa angin itu kemudian tertahan menjadi di wilayah Jakarta Selatan, Depok dan Bogor.
“Curah hujan masuk kategori tinggi, sekitar 200 mm. Hujan lokal yang terjadi serentak di wilayah selatan Jakarta membuat volume sungai meningkat,” ujar Nanda.
“Itu yang menyebabkan banjir di 30 wilayah DKI Jakarta, di mana 28 titik ada di Jakarta Selatan,” tambahnya.
Terkait hal tersebut, dirinya mengimbau kepada warga Jakarta untuk mewaspadai perubahan cuaca saat ini.
“Untuk cuaca sepekan ke depan masih aman, diprediksi cerah berawan, kecuali Bogor,” tuturnya.
Sementara, Kasi Pemerliharaan SDA Jakarta Selatan, Junjung mengatakan, pihaknya telah melakukan pencegahan banjir. Di antaranya, pembangunan embung, pengerukan kali hingga revitalisasi saluran air.
“Pencegahan banjir di Cipulir salah satunya pembangunan jacking, instalasi ini untuk mengatasi banjir di kawasan Seskoal hingga Cipulir,” ungkap Junjung pada Jumat (19/7/2024).
“Atas pembangunan yang masih dalam proses ini, kami meminta maaf karena adanya penyempitan jalan yang menyebabkan kemacetan,” pungkas Junjung. (Joesvicar Iqbal)