IPOL.ID – Hhmmm, tahukah kalian bahwa es batu yang bisa kita nikmati saat ini, ternyata memiliki sejarah juga loh. Bahkan, sejarah perjalanannya cukup panjang dan menarik untuk masuk ke Indonesia.
Di awal penggunaannya, es batu merupakan bahan pendamping makanan karena hanya dapat dikonsumsi oleh para petinggi Belanda. Harganya yang mahal, saat itu es batu dijual dengan harga 10 gulden per 500gram, membuat es batu menjadi barang mewah.
Berdasarkan sejarahnya yang tercatat pada Javasche Courant, sebuah surat kabar, es batu balok masuk ke Indonesia atas pesanan Rosalie en Co di tahun 1846. Saat itu, es batu balok harus diimpor dari Boston, Amerika ke Batavia (sekarang Jakarta).
Lalu bagaimana mereka menyimpan es batu balok itu agar tidak mencair saat tiba di Batavia, mengingat jauhnya negara asal pesanan, Amerika dan waktu tempuhnya yang begitu lama. Mereka menggunakan media seperti garam dan ammonia untuk membantu menjaga temperaturnya, kemudian menggunakan bantuan kain wol untuk membungkusnya. Kain wol pelindung es batu tersebut diproduksi oleh Djakarta Firms Voute en Gherin, sebuah perusahaan garmen di Batavia.
Es Batu adalaha Kristal Ajaib
Indonesia yang merupakan negara tropis, tidak mengenal musim dingin/salju seperti di Eropa dan Amerika. Saat itu, Es batu menjadi barang yang aneh bagi orang-orang pribumi asli. Bahkan, mereka menyebut es batu dengan sebutan “Kristal ajaib” yang membuat air menjadi dingin dan jika dipengang membuat tangan beku.
Adalah Kwa Wan Hong yang merupakan seorang Tionghoa Indonesia kelahiran Semarang yang pertama kali mengembangkan usaha produksi es batu. Pada tahun 1885, Kwa Wan Hong berhasil mendirikan pabrik es batu balok pertama di Indonesia.
Sebelum memulai pabrik es pada tahun 1885, Kwa Wan Hong memulai bisnisnya dari usaha kayu sampai usaha kapur.
Pabrik es batu balok pertama di Indonesia milik Kwa Wan Hong ini bernama N.V. Ijs Fabriek Hoo Hien dan didirikan pertama kalinya di kota Semarang. Keberhasilan pabrik es balok tersebut, membuat Kwa Wan Hong dijuluki sebagai “Raja Es”.
Sampai akhirnya pada tahun 1910, Kwa Wan Hong membesarkan pabriknya dengan mendirikan pabrik limun dan tiga cabang pabrik es lainnya di kota Semarang, Tegal dan Pekalongan.
Namun, karena peminat es semakin banyak, Kwa Wan Hong membangun 2 cabang pabrik di Surabaya pada tahun 1924 dan 1926.
Kemudian Kwa Wan Hong hijrah ke Batavia dan membangun pabrik es di Jatinegara juga beberapa tempat lainnya, tentu dengan peralatan pesanan dari luar. Hingga sekarang banyak di beberapa daerah bekas pabrik es menjadi nama sebut.an daerahnya. (Sumber: Sejarah tempo dulu / Yuli)