Lebih lanjut lagi, Susiwijono menjelaskan, di sisi supply, memang banyak sektor yang terpukul. Sektor manufaktur misalnya, berkontribusi 19,8% bagi perindustrian. “Sehingga kita fokus di industri ini, karena multiply effect akan besar sekali, terkait ketenagakerjaan,” terang Susiwijono.
Pemerintah pun meluncurkan paket kebijakan relaksasi Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM). Itu untuk mendorong industri otomotif. Diharapkan kebijakan tersebut menurunkan harga kendaraan bermotor. Dan meningkatkan pembelian kendaraan bermotor. “Skemanya yakni pemberian insentif fiskal PPnBM Ditanggung Pemerintah yang ditargetkan berlaku 1 Maret 2021 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2021,” jelas Susiwijono.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi, Piter Abdullah, mengatakan program tersebut akan memanfaatkan daya beli di masyarakat yang masih ada. “Saya mendukung kebijakan ini. Dalam rangka mendorong permintaan (demand). Kebijakan ini cukup tepat apabila menyasar kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas. Kalau kita kembalikan daya belinya, efeknya akan sangat besar bagi pertumbuhan demand kita,” ujarnya. (dri)