Memang masih tanda tanya besar: benarkah pemerintahan Taliban 2.0 ini –pinjam istilah komentar di Disway– lebih moderat. Apakah tidak akan muncul tekanan dari bawah untuk menerapkan syariat Islam secara lama.
Juru bicara resmi Taliban pusat memang sangat menjanjikan: wanita boleh bekerja dan sekolah. Semua pejabat lama dimaafkan. Pers independen dibolehkan terus berjalan.
Tapi di lapangan bisa agak berbeda. Saya melihat televisi Amerika. Senin lalu seorang wartawati mencegat pasukan pejuang Taliban bersenjata. Yakni sehari setelah Taliban merebut ibu kota Kabul. Wartawati itu memakai jilbab, dengan wajah tanpa penutup.
Si wartawati bertanya: apakah orang seperti saya bisa diterima?
Jawab: bisa.
Wartawati: Dengan pakaian muslimah seperti ini?
Jawab: iya
Wartawati: tanpa penutup wajah seperti ini? (sambil menyodorkan wajah cantiknya).
Jawab: tidak bisa, harus pakai penutup.
Itu menggambarkan betapa beda antara pendapat elite dan akar rumput.
Kalau pun Taliban 2.0 akan lebih moderat dari mana mereka belajar berubah?