“Bagaimana seorang buruh yang lemah dan miskin melakukan perlawanan, disuruh berperkara. Disuruh berlawanan dengan pengusaha, berduit. Ini menjadi tantangan besar di era sekarang dan kedepan,” bebernya.
Tak hanya itu, yang ketiga, sejak awal lemah di pengawasan ketenagakerjaan. Abed menilai hingga kini masih lemah pengawasan ketenagakerjaan terhadap para pengusaha. Menurutnya, fungsi pengawas ketenagakerjaan sangat bagus jika dijalankan.
“Tapi pengawas ini justru menjadi mitranya pengusaha. Ketiga hal ini menjadi catatan besar dan menghambat demokrasi dalam pergerakan buruh untuk memperjuangkan hak-haknya,” paparnya.
Ketua Panitia Acara, yang juga Ketua SC SBSI 1992, Iradat Ismail mengatakan, saat ini SBSI 1992 akan menggelar even besar sebagai momentum Kongres ke-5. Program kerja 5 tahunan kedepan.
“Tujuannya untuk menelurkan calon pemimpin SBSI 1992. Juga untuk merapatkan tingkat pimpinan cabang SBSI 1992 se-Indonesia,” ujar Iradat didampingi Ketua Panitia Penyelenggara juga Ketua Panitia OC SBSI 1992, Marzudin Nazwar.