Pengukuhan digelar di Gedung Pertemuan, Olahraga, dan Seni atau Dome Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (31/1) pagi.

“InsyaAllah Presiden hadir, Wapres hari ini sudah ada di sini,” kata Gus Yahya usai gladi bersih di Dome, Minggu malam.

Pengukuhan dan pelantikan pengurus PBNU akan dipimpin langsung oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Ahyar. Presiden diundang untuk memberikan sambutan pengukuhan.

Sebagian pengurus yang dikukuhkan telah hadir di Balikpapan. Sebagian lagi tidak bisa hadir namun tetap akan mengikuti prosesi pengukuhan secara daring.

Pengukuhan kali ini juga disiarkan secara langsung melalui 750 kanal YouTube santri serta kanal YouTube NU Online sehingga bisa diikuti oleh para Pengurus Cabang, MWCNU, hingga Ranting NU.

Pengukuhan juga akan didahului penandatanganan nota kesepahaman antara PBNU dengan dua kementerian, yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Menurut Gus Yahya, dilansir Antara, kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk memberdayakan kampung nelayan. Kerja sama NU dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang peremajaan kebun kelapa sawit dan reboisasi yang melibatkan petani kecil pinggir hutan.

Nota kesepahaman itu juga akan langsung ditindaklanjuti dengan pencanangan kampung nelayan mandiri di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akan digelar pada tanggal 5 Februari 2022. Untuk pemberdayaan masyarakat petani sawit akan dicanangkan di Palembang pada 11 Februari 2022.

Pada kesempatan pengukuhan ini juga, di pelataran Dome digelar pameran manuskrip turots, atau pameran kitab-kitab klasik karya ulama Nusantara.

Ada banyak kitab yang dipamerkan. Diantaranya sebuah kitab yang dimaknai atau dikasih arti oleh Syaikhona Kholil Bangkalan.

“Pameran turots ini diinisiasi beberapa kiai muda yang menginginkan apa yang mereka sebut Nahdlatul Turots yang berarti kebangkitan warisan intelektual ulama nusantara,” kata Gus Yahya.

Kitab-kitab yang dipamerkan menggambarkan tentang betapa kaya warisan intelektual nusantara sebagai sebuah pergulatan dari para ulama nusantara.

“Manuskrip yang dikumpulkan para kiai muda ini ada yang sangat tua bahkan ada karya yang belum diterbitkan,” kata Gus Yahya.

Karya para ulama nusantara ini menunjukkan betapa kuatnya Islam Nusantara yang memiliki rujukan yang otentik dan kokoh untuk wawasan keagamaan.

“Kita memiliki struktur keagamaan kita sendiri yang tidak kalah kokoh dibandingkan struktur keagamaan dari belahan dunia mana pun,” kata Gus Yahya. (tim)