IPOL.ID – Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto, dinilai tak layak dicalonkan sebagai capres pada Pemilu 2024 mendatang. Sebab elektabilitas Airlangga jeblok dan kalah jauh dibanding tokoh-tokoh bakal capres lainnya.
“Kalau elektabilitasnya Airlangga tidak bisa naik maka saya sebagai kader muda minta elite Golkar tidak memaksakan kehendaknya mencalokan Airlangga,” ujar salah satu kader muda Golkar, Dian Assafri kepada wartawan, Senin (17/1/2022).
Kalau tetap ngotot mencalonkan Airlangga, menurut Dian, maka yang menjadi pertaruhan adalah masa depan Golkar itu sendiri. Perolehan suara nasional Golkar bisa terlempar dari tiga besar partai papan atas.
“Bahkan bisa menjadi partai gurem. Itu yang saya dan kader-kader muda Golkar khawatirkan,” katanya.
Dian mengutip hasil survei Indikator Politik Indonesia. Dalam survei itu disebutkan elektabilitas Airlangga hanya 0,1 persen.
“Padahal mantan Bupati Purwakarta, Pak Dedi Mulyani 1 persen. Kalau kalah sama Pak Dedi saja bagaimana mungkin Airlangga bisa diusung sebagai capres,” tukasnya.
Menurut Dian, jebloknya elektabilitas Airlangga tak berbanding lurus dengan jabatan yang melekat pada dirinya. Misalnya, Airlangga menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Koordinator Penanganan COVID-19 di luar Jawa-Bali.
Dia mengatakan, seharusnya elektabilitas Airlangga mengalami kenaikan jika bekerja keras untuk masyarakat. “Itu belum termasuk (strategi) baliho-baliho Airlangga yang disebar di sejumlah titik. Tapi, tetap saja elektabilitasnya jeblok,” sesalnya.
Airlangga juga dianggap gagal membangun kejayaan Golkar. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan kursi Golkar di DPR.
“Perolehan kursi Golkar di DPR pada Pemilu 2019 85 kursi atau 12,31 persen. Padahal Pemilu 2014 kursi DPR Golkar 91 kursi atau 14,75 persen. Dan pada Pemilu 2009, kursi Golkar di DPR 107 kursi atau 14,45 persen. Kalau begini terus wajar jika kader muda Golkar resah karena Airlangga tak bisa membawa Golkar berjaya,” katanya.
Dian lantas menyayangkan kinerja Airlangga, yang tidak bisa membawa Golkar lebih baik. Dan bukan tidak mungkin, Golkar akan semakin terpuruk pada Pemilu 2024.
“Karena tantangan Golkar tidak hanya dari intenal tapi juga dari ekternal. Apalagi, belakangan ini beberapa partai baru sudah bermunculan. Ini tantangan besar buat Golkar. Dan kami tetap menolak Airlangga diusung sebagai capres karena hal itu akan berdampak buruk pada masa depan Golkar itu sendiri,” tutup Dian.