IPOL.ID – Memasuki musim kemarau dan adanya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dorong para pelaku di Daerah Riau merencanakan dan menggelar simulasi pengendalian karhutla.
Koordinator Data dan Informasi BMKG Wilayah Riau, Marzuki mengatakan, kewaspadaan tinggi karhutla masuk awal musim kemarau periode II diprakirakan pada bulan Mei hingga September dengan puncak kemarau diprakirakan pada Juni hingga Juli. Namun kesiapsiagaan berbagai pihak perlu dilakukan sejak Mei hingga September. Pada periode itu, wilayah Riau berada pada musim kemarau.
“Namun pada Mei ini merupakan masa peralihan di sebagian wilayah masih berpotensi hujan, atau peralihan dari musim hujan ke kemarau,” imbuhnya saat mengikuti perancangan simulasi pengendalian karhutla, Pekanbaru, Provinsi Riau, Kamis (17/3).
Selama kurun waktu 5 tahun (2017-2021) rekapitulasi karhutla tertinggi pada tahun 2019 dengan luas 90.550 hektar. Awal tahun 2022 hingga kini data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat rekapitulasi karhutla di wilayah Riau mencapai 421 hektar. Pemerintah Provinsi Riau mengidentifikasi potensi karhutla hingga akhir tahun ini.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), monitoring dinamika atmosfir pada saat iklim wilayah indonesia kondisi dipengaruhi La Nina lemah-Netral. Kondisi itu menyebabkan musim kemarau tetapi agak basah dari pada normalnya.
Pemerintah Provinsi Riau telah memiliki rencana kontinjensi penanganan karhulta serta Peraturan Gubernur Nomor 9 Tahun 2020 tentang Prosedur Tetap Kriteria Penetapan Status Keadaan Darurat Bencana dan Komando Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Karhutla di Provinsi Riau.
Dalam pengendalian api dan asap, Satgas Pengendalian Karhutla mengutamakan pada pemadaman udara dan darat. Pemadaman udara dilakukan dengan pengeboman air atau water-bombing dan teknologi modifikasi cuaca. Sedangkan pemadaman darat, Satgas menggerakan para personel dari berbagai instansi, termasuk dukungan masyarakat dan lembaga usaha.
Sementara, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Berton S.P. Panjaitan menyampaikan, salah satu upaya kesiapsiagaan menghadapi karhutla melalui pelaksanaan latihan atau geladi.
“BNPB berharap perencanaan latihan nantinya dapat dilakukan secara mandiri oleh para pelaku di wilayah Riau,” katanya.
Nantinya, geladi karhutla ini diawali melalui simulasi dengan geladi ruang atau table top exercise (TTX).
“Khusus dalam kegiatan ini akan dilaksanakan geladi ruang yaitu berupa kegiatan table top exercise dan command post exercise (CPX) atau lebih dikenal dengan geladi posko,” ungkap Kepala Pusdiklat PB secara virtual.
Berton menambahkan, diharapkan melalui TTX dan CPX ini pemahaman, pengetahuan serta kesiapsiagaan pemerintah daerah dan masyarakat terhadap potensi bencana karhutla meningkat.
“Serta pemerintah daerah mampu untuk menginisiasi dan memfasilitasi secara mandiri pelaksanaan TTX dan CPX di waktu yang akan datang,” katanya.
Situasi karhutla dapat diperburuk oleh puncak musim kemarau dan kondisi karakteristik gambut di wilayah Riau. Menyikapi potensi karhutla di tengah Pandemi Covid-19 perlu dibangun langkah dan upaya penanganan serius. Sehingga dampak bencana asap dapat dikurangi.
Pada proses perencanaan TTX yang akan digelar pada Mei 2022. BNPB juga bakal mengundang para pelaku pengendalian karhtula Riau antara lain BPBD, TNI, BMKG, Manggala Agni, Dinas Kesehatan, Satpol PP, Universitas Riau dan lembaga usaha. (ibl)