Istilah moderat/moderasi dalam Muhammadiyah merupakan refleksi dari pendalaman konsep wasathiyah atau tengahan. Menurut dia, tengahan bagi Muhammadiyah merupakan identitas yang melekat sejak awal berdirinya.
“Kemudian itu perlu ditegaskan kembali di tengah berbagai arus yang ada, ketika kita memang tidak bisa terlepas dari dinamika politik yang ada di tanah air kita,” tandas Mu’ti.
Di acara Seminar Pra Muktamar ke-48 Muhammadiyah – ‘Aisyiyah dengan tema “Moderasi Beragama dalam Perspektif Dakwah”, Guru Besar Pendidikan Islam ini mengungkapkan bahwa sejak awal Muhammadiyah konsisten menggunakan konsep moderatisme sebagai penerjemahan konsep wasathiyah al Islam.
Meski sejak awal sebagai gerakan Islam moderat, moderasi Muhammadiyah kembali ditegaskan setelah Muktamar ke-46 di Yogyakarta 2010 dan seterusnya.
Menjelaskan tentang moderasi beragama yang dikonseptualisasikan oleh Menteri Agama, Mu’ti menyebut pada awalnya konsep ini memang hanya diperuntukkan khusus bagi umat Islam.
“Tapi kemudian dalam diskusi-diskusi dan expert, kami (Muhammadiyah) menyampaikan bahwa ekstrimisme keagamaan itu tidak hanya ada pada masyarakat Islam,”. tuturnya.