Menurut PPK Jembatan Kaca atau Perekayasa Ahli Muda Achmad Riza Chairulloh, dipilihnya jenis jembatan kaca ini dengan tujuan para pengunjung dapat menikmati tiga pertunjukan dalam sekali jalan. Yaitu, para pengunjung yang datang ke Bromo-Tengger-Semeru dapat menikmati sensasi berdiri di atas jembatan kaca dengan melihat pemandangan ke bawah, di mana terdapat jurang sedalam 80 meter. Pemandangan horizontal yang membentang di depan jembatan, adalah tiga gunung berikut kawah di depannya.
“Kita juga bisa wisata ekosistem di bawahnya ada konservasi vegetasi. Kemudian yang ketiga kami tawarkan malam hari ada konsep pencahayaan jembatan,” ujarnya.
Sementara Kepada Desa Ngadisari, Sunaryono menjelaskan bahwa Desa Ngadisari adalah masyarakat adat atau bisa dikatakan desa adat. Dimana, mayoritas menganut agama Hindu Tengger. Banyak tempat di kawasan Seruni Point yang disakralkan oleh masyarakat setempat. Selain itu, banyak juga kebiasaan hidup yang perlu dihormati agar tidak terjadi benturan atau hambatan di tengah perjalanan. “Contohnya setiap melaksanakan kegiatan, kita melakukan upacara. Itu harus diikuti oleh kontraktornya,” tambahnya.