IPOL.ID – Peristiwa fenomena tanah bergerak di Bogor, Jawa Barat, mengakibatkan puluhan warga mengungsi. Selain itu, kebanyakan tempat tinggal warga mengalami kerusakan berat hingga ringan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor melaporkan, sebanyak 41 warga Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, terpaksa mengungsi di dua titik lokasi lebih aman.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari menjelaskan, dua lokasi yang menjadi tempat pengungsian adalah Villa Roso, Kampung Curug, RT 02 RW 09, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang; dan Posko BPBD Kabupaten Bogor.
“Menurut asesmen sementara, fenonema pergerakan tanah di Bogor dipicu oleh tingginya intensitas curah hujan pada Rabu (14/9),” terang Abdul Muhari, Senin (19/9).
Laporan visual didapatkan beberapa ruas jalan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat dilewati semua jenis kendaraan. Beberapa rumah warga juga mengalami kerusakan di bagian dinding berupa retak hingga roboh di beberapa sisi.
Hasil kaji cepat tim BPBD Kabupaten Bogor per Senin (19/9), fenomena pergerakan tanah itu berdampak pada 170 KK/647 jiwa. Sebanyak 246 unit rumah terdampak, sedikitnya 9 unit rusak berat dan 73 rumah rusak sedang.
BPBD Kabupaten Bogor telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait guna penyelamatan warga, pendataan dan melakukan upaya untuk menimimalisir kemungkinan terburuk.
Listrik telah dipadamkan guna menghindari adanya hubungan arus pendek maupun hal lain yang tidak diinginkan. Jalan darurat juga sedang dibangun oleh swadaya masyarakat. Kondisi saat ini pergerakan tanah masih terjadi dan situasi masih belum kondusif.
Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Bogor. Menurut prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika hingga Rabu (21/9).
“Menyikapi hal itu, maka BNPB mengimbau kepada masyarakat dan pemangku kebijakan di daerah setempat agar tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan,” pesannya.
Guna mengantisipasi potensi ancaman bencana hidrometerologi basah seperti tanah longsor, BNPB mengimbau agar melakukan upaya seperti monitoring lereng perbukitan, lereng tebing dan saluran air secara berkala memininalisir potensi bencana yang dapat dipicu oleh faktor cuaca, dan kondisi tata ruang lingkungan.
Apabila terjadi hujan dalam durasi lebih dari satu jam, maka masyarakat yang tinggal di lereng tebing agar mengungsi ke tempat yang lebih aman sementara waktu. (Joesvicar Iqbal)