Masuklah kita pada bagian utama dari kisah ini. Bahwa kemudian, Sultan Manshur Syah mempercayakan pengiriman suratnya ke Istanbul melalui utusannya, Muhammad Ghauts Sayful ‘Alam.
Ketika menghadap ke haribaan Khalifah, Muhammad Ghauts memperlihatkan peta dunia Islam di Asia Tenggara buatannya. Sebuah peta geopolitik yang menyebut Minangkabau, Daik (Riau-Lingga), Selangor, Kedah, Pattani, Trenggano, Pahang, Banjar, Bone, Semarang, dan Bali sebagai “Wazir Sultan Manshur Syah Aceh”.
Tercatat ada 11 bandar yang ditempati oleh seorang wazir Sultan Aceh. Misalnya, “Bali Wazir Syah Manshur Aceh”. Berdasarkan surat-surat yang dikirimkan bersamaan dengan peta-peta itu, kuat dugaan bahwa Sultan Aceh ingin menyampaikan bahwa itu adalah wilayah yang dinaungi oleh Sultan Aceh.
Jadi, meski negeri-negeri tersebut punya raja, sultan, maupun wilayah sendiri, akan tetapi Aceh menjadi penaung bagi negeri-negeri Muslim di Asia Tenggara. Kisah heroik mereka jelas belum berhenti. Bahkan, ada banyak sekali pertanyaan yang muncul setelah mengetahui fakta ini. Jangan lewatkan kisah lengkap dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam buku ke-2 yang diterbitkan oleh @kli.books: “Dafatir Sulthaniyah”. (tim)