“Yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif, termasuk upaya penguatan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan mitigasi dampak lanjutan (second round effect) kenaikan harga BBM bersubsidi,”kata Endang.
Selain itu, lanjutnya, perekonomian DKI Jakarta juga turut didorong oleh akselerasi pemanfaatan digitalisasi yang dilakukan melalui sinergi Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) di DKI Jakarta serta perluasan QRIS melalui program SIAP QRIS yang juga didukung oleh penguatan edukasi keamanan transaksi kepada konsumen.
“Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta memprakirakan ekonomi DKI Jakarta pada 2023 tetap kuat pada kisaran 5,0-5,8 persen (yoy), sejalan dengan arah pertumbuhan ekonomi nasional dan inflasi kembali pada rentang sasaran 3%±1 persen (yoy),” tuturnya.
Hal ini disampaikan Endang dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, kemarin. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai bentuk strategi komunikasi Bank Indonesia untuk menyampaikan asesmen singkat tentang pencapaian perekonomian Jakarta selama tahun 2022 serta arah kebijakan dan proyeksi tahun 2023.