IPOL.ID – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar mengaku telah telah menerapkan strategi 4K untuk menekan inflasi di Jakarta. Strategi 4K itu adalah Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif.
“Sinergi dan kolaborasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia serta seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID Jakarta akan terus diperkuat,” ujar Arlyana Abubakar dalam keterangan tertulis, Jum’at (3/3/2023).
“Ini untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif ) dalam pengendalian inflasi dapat berjalan baik dan efektif agar inflasi Jakarta dapat tetap terkendali di sekitar sasaran yang telah ditetapkan,” tambah Arlyana menegaskan.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut realisasi inflasi Jakarta yang saat ini memiliki share 26,92 persen terhadap nasional, pada bulan Februari 2023, masih relatif terkendali.
Menurutnya, inflasi Jakarta pada bulan Februari 2023 adalah sebesar 0,19 persen secara bulanan (month to month/mtm), atau sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 0,09 persen mtm.
“Namun, secara tahunan inflasi Jakarta bulan Februari 2023 relatif terkendali sebesar 4,07 persen (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 5,47 persen yoy dan inflasi gabungan kota/provinsi di Pulau Jawa,” ucapnya.
Inflasi tersebut, terutama didorong oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga.
Dari sisi kelompok makanan, minuman, dan tembakau, pada Februari 2023 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,57 persen secara bulanan (mtm) dengan andil sebesar 0,13 persen terhadap inflasi Jakarta, yang terutama bersumber dari kenaikan harga beras, rokok kretek filter dan bawang merah.
Kenaikan harga beras, terutama didorong oleh kondisi pasokan yang masih terbatas akibat panen yang belum merata di sentra produksi di tengah permintaan masyarakat yang mulai meningkat menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.
Sedangkan, kenaikan harga bawang merah dipengaruhi oleh produktivitas yang menurun akibat curah hujan yang tinggi di sentra produksi.
Sementara itu, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,5 persen secara bulanan (mtm) dengan andil sebesar 0,04 persen terhadap inflasi Jakarta, yang terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada sabun deterjen bubuk atau cair, sejalan dengan kenaikan harga bahan baku oleokimia yang juga merupakan produk turunan dari minyak sawit, serta kenaikan pada upah asisten rumah tangga dan handuk.
Di sisi lain, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami deflasi sebesar -0,13 persen secara bulanan (mtm) dengan andil -0,01 persen sehingga dapat menahan laju inflasi Jakarta pada Februari 2023.
“Deflasi pada kelompok tersebut terutama disebabkan oleh penurunan harga tas, cairan penyegar mulut, dan dompet,” imbuhnya.
Menurut Arlyana Abubakar, laju inflasi DKI Jakarta pada bulan Februari 2023 yang masih relatif terkendali tersebut tentunya tidak terlepas dari hasil sinergi, kolaborasi serta koordinasi yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta, termasuk dalam rangka implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Dia menjelaskan selama Februari 2023, TPID DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan, yang pertama penguatan sinergi dan koordinasi dalam rangka pengendalian inflasi dengan daerah sekitar Jakarta.
Kedua, Penguatan sinergi dalam TPID Provinsi DKI Jakarta terutama dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam mobilisasi distribusi pangan, termasuk kegiatan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras serta kunjungan pasar.
Ketiga, kegiatan program pangan bersubsidi guna menjaga harga pangan yang terjangkau, termasuk perluasan moda penjualan secara mobile dengan foodtruck oleh BUMD pangan Provinsi DKI Jakarta. (Peri)