IPOL.ID – Pinang. Anda tentu akrab dengan nama pohon itu. Pohon pinang kerap digunakan untuk lomba di acara 17 Agustusan. Karena menggunakan pohon pinang, nama perlombaannya kerap disebut panjang pinang.
Sementara buahnya biasanya digunakan untuk nyirih. Dikunyah dengan daun sirih. Tradisi mengunyah daun sirih-pinang banyak kita jumpai di wilayah Indonesia timur seperti NTT dan Papua.
Namun tahukah Anda, Indonesia merupakan salah negara penghasil buah pinang. Di wilayah Indonesia timur seperti NTT dan Papua, masyarakat juga akrab dengan buah pinang. Mereka punya tradisi mengunyah sirih-pinang. Menginang, begitu tradisi ini biasanya disebut, juga dilengkapi dengan kapur dan tembakau.
Melansir infopublik.id, pinang adalah pembuka jalan sebelum memulai obrolan. Masyarakat Indonesia bagian timur sangat gembira jika kita membawa oleh-oleh pinang sirih saat kita bertandang atau bertamu.
Tanaman itu juga bisa kita jumpai di sejumlah wilayah di Indonesia. Salah satu provinsi penghasil buah pinang terbesar adalah Jambi. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, di seluruh Tanah Air ada 152 ribu hektare lahan yang ditanami pohon pinang. Dari jumlah itu 22 ribu hektarenya berada di Provinsi Jambi.
“Ini adalah sebuah komoditas ekspor yang banyak dibutuhkan di Thailand, Iran, India, Cina, Pakistan,” kata Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.
Kementerian Pertanian mencatat ekspor komoditas pinang Jambi pada Januari hingg Maret 2022 sebanyak 17.174 ton dengan nilai mencapai Rp416,4 miliar.
Menurut Jokowi pada 2021, ekspor pinang biji di seluruh Tanah Air mencapai lebih dari Rp5 triliun. Jumlah tersebut merupakan angka yang sangat besar dan memberikan pendapatan yang sangat baik bagi para petani.
Dari total nilai tersebut, ekspor pinang Jambi pada 2021 sebanyak 73.716 ton dengan nilai mencapai Rp 2,039 triliun.
Di balik nilai ekonomi buah pinang itu, ada sejumlah kisah menarik. Buah pinang ini tak bisa dipisahkan dengan sirih. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, dua buah ini biasanya dikunyah. Kegiatan ini biasa disebut nyirih. Pinang dan sirih memang tak terpisahkan.
Tradisi mengunyah buah pinang tercatat sudah ada sejak zaman kuno. Kegiatan mengunyah buah pinang juga terekam di relief Borobudur yang dibuat pada abad ke-8 dan dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih.
Dalam catatan naskah Cina, disebutkan tradisi mengunyah pinang dilakukan masyarakat Asia sejak abad VII. Tulisan medis Sansekerta pada abad ke-1 Masehi mencatat buah pinang memiliki 13 kualitas yang ditemukan di wilayah surga.
Perkembangan ilmu pengetahuan modern mencatat, buah pinang memiliki sejumlah manfaat, seperti menjaga kesehatan gigi dan mulut. Buah pinang muda bisa diolah dengan cara dibakar hingga menjadi abu. Abu ini bisa digosokkan ke seluruh area gigi Anda. Sifat antimikroba dalam buah pinang muda dapat mencegah aktivitas bakteri penyebab gigi berlubang.
Buah pinang juga disebut-sebut punya manfaat mengusir angin, membunuh cacing, menghilangkan dahak, meredakan bau tak sedap, mendorong pemurnian, dan menyalakan gairah.
Buah pinang muda juga diyakini dapat meningkatkan nafsu makan. Gangguan nafsu makan bisa menyebabkan kekurangan nutrisi dan energi yang dibutuhkan tubuh. Pinang dapat meningkatkan energi dan merangsang nafsu makan yang baik. Selain itu, buah pinang juga disebut menyehatkan rahim.
Dengan segudang manfaat, tak salah jika menanam pohon pinang mesti kembali digalakkkan. Apalagi pinang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kebudayaan Nusantara. (tim)