Untuk itu, lanjut Muhammad, Bank DKI sebaiknya lebih banyak menyalurkan kredit ke sektor mikro karena mereka menjadi sektor yang sangat membutuhkan pendanaan di era pemulihan pandemi ini. KUR saat ini, ungkapnya, lebih banyak dimanfaatkan pada UKM yang tergolong sudah mapan karena plafon KUR yang tinggi di Rp100 juta.
“Padahal mereka sudah masuk pada segmen komersial dan tidak pantas mendapatkan subsidi KUR yang lebih banyak usaha mikro yang membutuhkannya. Usaha mikro kita ini jumlahnya 98,7% dari seluruh UMKM kita, sehingga apabila sektor ini runtuh, maka dampaknya akan berpengaruh ke setiap sektor,” jelasnya.
Sebelumnya, Bank DKI menutup tahun 2022 dengan capaian kinerja keuangan yang sangat baik. Hal ini terlihat dari peningkatan penyaluran kredit sepanjang tahun 2022 tumbuh sebesar 23,53% menjadi Rp48,37 triliun pada Desember 2022, dari Rp39,16 triliun di tahun sebelumnya.
Adapun pertumbuhan kredit ini didukung dengan kualitas aset yang sangat baik, dengan membaiknya indikator rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) menjadi 1,75% pada Desember 2022 dari 2,98% pada Desember 2021.